Kehidupan Tanpa Uang
oleh U Sikkhananda Andi Kusnadi pada 10 Januari 2012 pukul 21:20
Artikel ini adalah terjemahan bebas dari artikel Dhamma yang berjudul ‘A Life Free from Money’ karya Bhikkhu Dhamminda. Isi artikel ini sangat baik untuk menambah pengetahuan para umat agar mengetahui bagaimana cara berdana yang benar kepada seorang bhikkhu, khususnya sangat bermanfaat bagi para bhikkhu baru yang belum begitu paham tentang peraturan tentang uang. Sebenarnya, garis besar tentang cara berdana yang benar kepada seorang bhikkhu telah penerjemah jelaskan di dalam buku DANA, tetapi dalam artikel ini hal itu dijelaskan lebih lengkap lagi berikut peraturan-peraturan yang berhubungan dengan uang. Dengan pengetahuan ini, para umat bukan hanya dapat berdana dengan benar, tetapi juga dapat memberikan kondisi yang mendukung bagi para bhikkhu untuk menjalankan kehidupannya sesuai dengan Vinaya, khususnya bagi para bhikkhu baik yang berusaha untuk mempraktekkannya, sehingga dapat menghindari pelanggaran yang terjadi karena harus tinggal di tempat yang salah.
Alasan lain untuk menerjemahkan artikel ini adalah untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap dan referensi atau sumber acuan dari jawaban yang penerjemah berikan kepada beberapa umat dari vihara dan cetiya di Tangerang yang bertanya, “Apakah seorang bhikkhu diperbolehkan menjual atau meminta umat untuk menjualkan jubahnya, atau menukarkannya dengan uang?” “Apakah umat melakukan tindakan yang benar dan mendapatkan pahala dengan membantu seorang bhikkhu untuk menjualkan jubahnya?” Jawabannya adalah TIDAK dan penerjemah menjawabnya dengan memberikan perumpamaan ini. Seandainya seseorang melakukan korupsi dan dia tidak mengetahui bahwa korupsi itu melanggar hukum, tetapi saat tindakan korupsinya diketahui pihak berwajib; walaupun dia mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa korupsi itu melanggar hukum, maka pihak berwajib tetap akan menangkap dan menghukumnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Begitu juga dengan teman dari koruptor tersebut yang juga tidak mengetahui bahwa korupsi adalah salah, dan atas permintaan sang koruptor atau atas kemauan sendiri, membantu sang koruptor melakukan korupsi; maka dia juga akan ikut ditangkap dan dihukum oleh pihak berwajib. Maksud hati adalah berbuat baik dan mendapatkan pahala dengan membantu teman; karena kurangnya pengetahuan, bukannya mendapatkan pahala, malah celaka yang didapatnya.
Uang, mungkin dapat dikatakan sebagai sesuatu atau hal yang paling banyak menimbulkan masalah bagi manusia. Bahkan ada ucapan yang berbunyi, “Kalau masalah uang, tidak ada yang namanya saudara.” Mulai dari kasus kriminal kecil sampai penjajahan suatu negara dan peperangan, semuanya tidak terlepas dari masalah uang. Begitu juga di dalam Ajaran yang sungguh Mulia ini, uang adalah salah satu penyebab utama dari perpecahan sangha dan semakin cepat musnahnya Ajaran Sang Buddha. Kasus penerimaan uang (emas dan perak) oleh para bhikkhu dari suku Vajjī dari kota Vesāli adalah salah satu dari sepuluh pokok masalah yang memicu terjadinya konsili kedua dan perpecahan sangha[1].
Penerjemah yakin bahwa semua bhikkhu mempunyai tujuan yang baik dalam menjalani kehidupan kebhikkhuannnya, tetapi tujuan (niat) baik saja tidaklah cukup. Tanpa pengetahuan yang baik, khususnya Vinaya, maka seorang bhikkhu bisa salah arah; dan akibatnya, bukannya terlahir di kehidupan yang lebih baik sehingga mempercepat proses pencapaian Nibbāna, dia malah akan terjatuh ke neraka. Adalah sebuah kenyataan bahwa saat ini praktek yang berhubungan dengan uang dikalangan para bhikkhu telah sangat menyimpang. Bila hal ini terus berlanjut maka sangatlah mungkin usia Ajaran ini akan kurang dari usia yang telah diramalkan sebelumnya, yaitu 5.000 tahun. Semoga terjemahan ini dapat membantu para bhikkhu dan umat untuk dapat lebih memahami peraturan tentang uang yang ada dalam Vinaya. Semoga, dengan pemahaman yang lebih baik, para bhikkhu dapat menjalankan peraturan tentang uang ini dengan baik dan para umat dapat menyokongnya dengan cara yang benar. Dengan demikian, dapat diharapkan Ajaran Sang Buddha, Guru dari para dewa dan manusia, akan semakin bersinar dan bertahan lebih lama; sehingga akan semakin banyak makhluk yang dapat memetik manfaatnya.
Isi artikel:
1. Informasi untuk umat (penyokong),
2. Kesalahan dalam menerima uang,
3. Peraturan mengenai uang,
4. Penalti dan pengakuan kesalahan,
5. Metode saat ini, dan kesimpulan.
Catatan kaki dan kata dalam [ ] adalah tambahan penerjemah.
Artikel asli dapat ditemukan di http://www.geocities.com/venkumara/evinaya atau http://www.budsas.org (di bagian English Articles) dan dapat diperbanyak tanpa ijin dari penulis.
Semoga terjemahan artikel ini bermanfaat bagi para pencari Dhamma.
Semoga semua makhluk dapat berbagi dan menikmati sebesar jasa kebajikan
hasil dari penerjemahan Dhamma ini.
Bhikkhu Sikkhānanda
Chanmyay Yeiktha Meditation Center
Hmawbi, Myanmar
01 November, 2011 (281011-011111)
Terjemahan artikel ini boleh dikutip, diubah formatnya, dan dicetak dalam media apapun
tanpa izin dari penerjemah demi menyebarluaskan dan melestarikan Buddha Dhamma.
Dilarang keras untuk diperjual-belikan.
[1] Bab 12 dari Cūlavagga, Vinaya Piṭaka
oleh U Sikkhananda Andi Kusnadi pada 10 Januari 2012 pukul 21:20
Artikel ini adalah terjemahan bebas dari artikel Dhamma yang berjudul ‘A Life Free from Money’ karya Bhikkhu Dhamminda. Isi artikel ini sangat baik untuk menambah pengetahuan para umat agar mengetahui bagaimana cara berdana yang benar kepada seorang bhikkhu, khususnya sangat bermanfaat bagi para bhikkhu baru yang belum begitu paham tentang peraturan tentang uang. Sebenarnya, garis besar tentang cara berdana yang benar kepada seorang bhikkhu telah penerjemah jelaskan di dalam buku DANA, tetapi dalam artikel ini hal itu dijelaskan lebih lengkap lagi berikut peraturan-peraturan yang berhubungan dengan uang. Dengan pengetahuan ini, para umat bukan hanya dapat berdana dengan benar, tetapi juga dapat memberikan kondisi yang mendukung bagi para bhikkhu untuk menjalankan kehidupannya sesuai dengan Vinaya, khususnya bagi para bhikkhu baik yang berusaha untuk mempraktekkannya, sehingga dapat menghindari pelanggaran yang terjadi karena harus tinggal di tempat yang salah.
Alasan lain untuk menerjemahkan artikel ini adalah untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap dan referensi atau sumber acuan dari jawaban yang penerjemah berikan kepada beberapa umat dari vihara dan cetiya di Tangerang yang bertanya, “Apakah seorang bhikkhu diperbolehkan menjual atau meminta umat untuk menjualkan jubahnya, atau menukarkannya dengan uang?” “Apakah umat melakukan tindakan yang benar dan mendapatkan pahala dengan membantu seorang bhikkhu untuk menjualkan jubahnya?” Jawabannya adalah TIDAK dan penerjemah menjawabnya dengan memberikan perumpamaan ini. Seandainya seseorang melakukan korupsi dan dia tidak mengetahui bahwa korupsi itu melanggar hukum, tetapi saat tindakan korupsinya diketahui pihak berwajib; walaupun dia mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa korupsi itu melanggar hukum, maka pihak berwajib tetap akan menangkap dan menghukumnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Begitu juga dengan teman dari koruptor tersebut yang juga tidak mengetahui bahwa korupsi adalah salah, dan atas permintaan sang koruptor atau atas kemauan sendiri, membantu sang koruptor melakukan korupsi; maka dia juga akan ikut ditangkap dan dihukum oleh pihak berwajib. Maksud hati adalah berbuat baik dan mendapatkan pahala dengan membantu teman; karena kurangnya pengetahuan, bukannya mendapatkan pahala, malah celaka yang didapatnya.
Uang, mungkin dapat dikatakan sebagai sesuatu atau hal yang paling banyak menimbulkan masalah bagi manusia. Bahkan ada ucapan yang berbunyi, “Kalau masalah uang, tidak ada yang namanya saudara.” Mulai dari kasus kriminal kecil sampai penjajahan suatu negara dan peperangan, semuanya tidak terlepas dari masalah uang. Begitu juga di dalam Ajaran yang sungguh Mulia ini, uang adalah salah satu penyebab utama dari perpecahan sangha dan semakin cepat musnahnya Ajaran Sang Buddha. Kasus penerimaan uang (emas dan perak) oleh para bhikkhu dari suku Vajjī dari kota Vesāli adalah salah satu dari sepuluh pokok masalah yang memicu terjadinya konsili kedua dan perpecahan sangha[1].
Penerjemah yakin bahwa semua bhikkhu mempunyai tujuan yang baik dalam menjalani kehidupan kebhikkhuannnya, tetapi tujuan (niat) baik saja tidaklah cukup. Tanpa pengetahuan yang baik, khususnya Vinaya, maka seorang bhikkhu bisa salah arah; dan akibatnya, bukannya terlahir di kehidupan yang lebih baik sehingga mempercepat proses pencapaian Nibbāna, dia malah akan terjatuh ke neraka. Adalah sebuah kenyataan bahwa saat ini praktek yang berhubungan dengan uang dikalangan para bhikkhu telah sangat menyimpang. Bila hal ini terus berlanjut maka sangatlah mungkin usia Ajaran ini akan kurang dari usia yang telah diramalkan sebelumnya, yaitu 5.000 tahun. Semoga terjemahan ini dapat membantu para bhikkhu dan umat untuk dapat lebih memahami peraturan tentang uang yang ada dalam Vinaya. Semoga, dengan pemahaman yang lebih baik, para bhikkhu dapat menjalankan peraturan tentang uang ini dengan baik dan para umat dapat menyokongnya dengan cara yang benar. Dengan demikian, dapat diharapkan Ajaran Sang Buddha, Guru dari para dewa dan manusia, akan semakin bersinar dan bertahan lebih lama; sehingga akan semakin banyak makhluk yang dapat memetik manfaatnya.
Isi artikel:
1. Informasi untuk umat (penyokong),
2. Kesalahan dalam menerima uang,
3. Peraturan mengenai uang,
4. Penalti dan pengakuan kesalahan,
5. Metode saat ini, dan kesimpulan.
Catatan kaki dan kata dalam [ ] adalah tambahan penerjemah.
Artikel asli dapat ditemukan di http://www.geocities.com/venkumara/evinaya atau http://www.budsas.org (di bagian English Articles) dan dapat diperbanyak tanpa ijin dari penulis.
Semoga terjemahan artikel ini bermanfaat bagi para pencari Dhamma.
Semoga semua makhluk dapat berbagi dan menikmati sebesar jasa kebajikan
hasil dari penerjemahan Dhamma ini.
Bhikkhu Sikkhānanda
Chanmyay Yeiktha Meditation Center
Hmawbi, Myanmar
01 November, 2011 (281011-011111)
Terjemahan artikel ini boleh dikutip, diubah formatnya, dan dicetak dalam media apapun
tanpa izin dari penerjemah demi menyebarluaskan dan melestarikan Buddha Dhamma.
Dilarang keras untuk diperjual-belikan.
[1] Bab 12 dari Cūlavagga, Vinaya Piṭaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar