Oleh :
UPASAKA WU SHU
(Loo Yung Tsung)
Setiap orang tentu dapat menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan (= science) itu adalah merupakan faktor pembimbing, yang menciptakan peradaban modern. Penemuan masa akhir-akhir ini tentang penggunaan energi nuklir (atau istilah aselinya "pelepasan tenaga nuklir"), telah membawa manusia ke suatu zaman baru,- yang dinamai Zaman Atom. Tetapi sayangnya, tanda pertama, yang menyebabkan lalu dinyatakannya terbukanya zaman baru, itu adalah meletusnya senjata baru, yang mematikan, yang dinamai bom atom.
Orang-orang merasa cemas, karena mereka hidup di Zaman Atom, dimana penghancuran secara total terhadap seluruh peradaban bangsa-bangsa, itu merupakan kemungkinan yang dapat benar-benar terjadi. Mereka umumnya berfikir bahwa mereka telah berjalan di jalan yang salah, dan merasa bahwa lebih baik sekarang membuang pengetahuan tentang energi yang mematikan itu, dan menikmati kehidupan, yang, walaupun lebih sederhana, tetapi penuh kedamaian, seperti yang dihayati oleh nenek moyang mereka. Tetapi sejarah itu tidak membolehkan bahwa peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa-masa yang lampau, itu sekarang terjadi lagi; itu merupakan kehidupan yang mundur ke belakang. Seperti yang dikemukakan oleh Tuan Arthur H. Compton, seorang sarjana Amerika Serikat, yang authoritative, didalam bukunya yang berjudul "One World or None" (= "Satu Dunia, Atau Hancurnya Sama Sekali Peradaban Seluruh Bangsa"), tidak ada kelompok manusia yang memiliki kekuasaan, yang mampu mencegah datangnya Zaman Atom. Demikianlah, maka satu-satunya yang merupakan yang paling benar, dan paling baik, adalah menyadari bahwa manusia sekarang ini telah berada didalam posisi yang gawat, dan ini mendorong kita untuk mengadakan penyesuaian-diri dalam cara berfikir dan cara berkehidupan, yang harus sedemikian rupa, sehingga kita dapat mempergunakan sebaik mungkin, kekuatan-kekuatan baru, yang telah berada di tangan kita itu. Didalam kenyataannya, tidak ada yang salah pada bom atom itu; adapun yang salah adalah manusianya sendiri. Selanjutnya, kenyataan mengungkapkan bahwa ilmu tentang atom, itu tidaklah kita ragukan, mempunyai pengaruh yang tak ternilai besarnya, tidak hanya terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi juga terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan, misalnya terhadap psychologi (= ilmu jiwa), philosophy (= ilmu filsafat), bahkan juga terhadap theology (= ilmu ke-Tuhan-an). Adalah menjadi tujuan kami untuk memperkenalkan fakta-fakta yang penting dan konsepsi-konsepsi yang baru, yang diungkapkan oleh para ilmuwan masa kini, dan lalu kami bandingkan dengan analogis, dengan prinsip-prinsip fundamental dari realitas, yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha Sakyamuni, sekitar dua ribu lima ratus tahun yang lampau.
Pada tahun 1808, John Dalton mengemukakan theorinya untuk difikirkan oleh para ilmuwan, mengenai theori atom. Beliau percaya bahwa suatu elemen itu sesungguhnya terdiri dari atom-atom, yang tidak dapat dibagi-bagi, berkeadaan terpisah, satu terhadap yang lainnya, dan tidak terlihat. Beliau berfikir bahwa atom-atom itu mempunyai sifat-sifat seperti sebuah bola billiard. Di bagian akhir dari abad ke-sembilan belas, para ilmuwan besar, sebagai misalnya Michael Faraday, James Maxwell dan Lord Kelvin, mulai melakukan penyelidikan didalam usahanya untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan elektris. Pada saat itu, sifat-sifat dari sebuah atom, sebagian dapat diungkapkan. Pada tahun 1913, Niels Bohr dari Copenhagen, mengemukakan theorinya untuk difikirkan oleh para ilmuwan, yang berbunyi bahwa sebuah atom itu terdiri dari dua bagian, yaitu sebuah inti yang kecil, namun berat, yang dikelilingi oleh suatu daerah kosong yang luas, didalam mana elektron-elektron bergerak, dengan gerakan-gerakan yang menyerupai planit-planit yang mengelilingi matahari. Sekeliling elektron-elektron itu terdapat garis-garis kekuatan magnetis; pengaruh-pengaruh dari garis-garis magnetis tersebut, secara theoritis, bersifat universal. Faraday menggambarkan sebuah atom, seperti ikan-bintang, dengan badan yang kecil, dan memiliki anggota-anggota tubuh yang panjang-panjang, yang anggota-anggota tubuhnya itu dapat menyentuh benda-benda yang ada disekitarnya. Gambaran yang dimaksudkan, dapat dijelaskan sebagai berikut ini : Konstitusi-konstitusi dari alam semesta yang bersifat material itu berinterkasi, dan sesungguhnya berkeadaan tidak terpisahkan, yang satu dengan yang lainnya. Konsep atom yang demikian itu, mempunyai arti philosophis, yang sangat penting. Benda-benda itu tidak ber-eksisteni (= berada) secara individual. Eksisteni dari objek yang tunggal, itu tidaklah lebih dari sebuah illusi mental, atau sebuah khayalan di alam fikiran belaka. Alam semesta itu, dapatlah diterangkan secara sederhana, keadaannya adalah merupakan suatu proses, suatu sistem aktivitas-aktivitas, yang paling berhubungan, didalam mana tidak ada gerakan-gerakan terpisah, dan masing-masing dari semua yang ada, itu tidak pernah ada yang berhenti bergerak, atau bahwa semua yang ada itu selalu didalam gerakan yang terus menerus. Konsep yang demikian ini, tepat sama secara prinsip, walaupun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda, dengan yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dengan istilah "Anicca", yang artinya "Sifat Ketidak-Tetapan" (= Impermanent), atau tidak abadi-nya, dari benda-benda.
Sampai dengan zaman diketemukannya penggunaan energi atom, orang masih memiliki kepercayaan, yang tidak tepat, yaitu mempercayai bahwa ke-sembilan puluh empat atom-atom, itu dibayangkan sifatnya, sebagai tidak dapat dihancurkan. Tetapi pada awal abad ke-dua puluh, tepatnya pada tahun 1905, ilmuwan yang sangat terkemuka, yaitu Albert Einstein, telah meramalkan fakta, bahwa massa dan energi, itu dapat dibalikkan, diubah menjadi yang sebaliknya, dan beliau memberikan rumus kesamaannya sebagai berikut : "E = mc2, dimana E = Energy; c = velocity atau kecepatan jalannya cahaya, dan m = mass atau massa. Dari kesamaan tersebut nampak bahwa setitik kecil dari zat, itu apabila diubah (= dikonversi) seluruhnya menjadi energi, akan memberikan suatu energi yang jumlahnya luar biasa. Dan kesamaan ini telah diverifikasi, dan ternyata benar prinsip, oleh bom-bom atom, yang diledakkan di New Mexico, Hiroshima, Nagasaki, dan di daerah dekat Atoll Bikini di Wilayah Samudera Pasifik. Demikianlah, maka zat (= matter) atau atom, itu dapat dideskripsikan sebagai suatu bentuk dari energi yang berkonsentrasi sangat tinggi. Reaksi yang terjadi didalam peledakan bom atom itu dapat diungkapkan keterangannya, sebagai berikut ini:
U-235+neutron = I = Y = M (U = Urenium I = Iodine, Y = Yttrium, N = suatu jumlah); jadi, suatu atom uranium ini dapat dipecah dan ditransformasikan menjadi atom-atom iodine dan yttrium. Istilah "Atom", yang menurut arti katanya yang aseli, berarti "sesuatu yang sifatnya tidak dapat dibagi-bagi", telah dapat dibuktikan secara final bahwa dapat dibagi. Tetapi didalam ilmu kimia yang biasa, theori atom, yang konvensional, masih dipertahankan, bagi tujuan-tujuan yang paling praktis. Secara peradox, itu dapat diutarakan keterangannya sebagai berikut ini : Suatu atom itu (sesungguhnya) adalah bukan atom: itu dinamai atom demi untuk mudahnya saja. Kita dapat menemukan kesamaan yang sangat mengherankan disini, yaitu antara yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan (= science) dengan yang diterangkan oleh Agama Buddha, apabila kita adakan perbandingan antara ungkapan dari ilmu pengetahuan tersebut dimuka (mengenai theori atom) itu dengan yang terdapat didalam naskah suci Sutra Intan, yang didalamnya tercantum kalimat yang berbunyi sebagai berikut ini : "Ketika Sang Tathaga berbicara tentang alam semesta, beliau tidak mengartikannya alam semesta yang riil ini; beliau menyebut istilah alam semesta (= universes) itu hanya didalam arti nominal-nya saja".
Marilah sekarang kita beralih ke pembicaraan mengenai suatu lapangan yang secara komparatif hanya memperoleh perhatian yang kecil saja, yaitu mengenai kemampuan-kemampuan mental (kejiwaan) kita. Walaupun fungsi-fungsi psychis (= kejiwaan), itu lebih rumit dan lebih halus sifatnya dari pada phenomena-phenomena physik (= jasmaniah), namun setiap makhluk hidup itu mempunyai cukup peralatan-peralatan, dan memiliki bahan-bahan atau materi-materi didalam dirinya sendiri untuk diobservasi, asal mau melaksanakan eksperimen-eksperimen terhadap dirinya sendiri. Kemampuan-kemampuan mental, atau psychis, kita, itu dapat dibagi menjadi dua kategori: yang satu, adalah fungsi yang terdapat didalam lapangan kesadaran, dan yang satu lagi, adalah fungsi yang berada diluar lapangan kesadaran. Para ahli ilmu jiwa, memberikan istilah-istilah dan definisi-definisi yang berbeda-beda terhadap fungsi yang terdapat, diluar lapangan kesadaran itu; beberapa ahli menyebutnya bagian bawah sadar dari jiwa (= subconsciousness), sedang beberapa ahli yang lainnya menyebutnya dengan istilah bagian-ketidak-sadaran dari jiwa (= unconsciousness). Tetapi mereka itu secara umum menyetujui theori yang mengatakan bahwa bagian dari aktivitas-aktivitas kejiwaan kita itu berada diluar persepsi dan pengontrolan dari bagian sadar dari jiwa kita. Adapun mengenai isi dari lapangan jiwa, baik bagian bawah sadarnya dari jiwa, namun bagian ketidak-sadaran dari jiwa, para ahli ilmu jiwa menyarankan berbagai istilah, sebagai misalnya : dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang bersifat diwarisi dari nenek moyang, yang sifatnya primitif, sifat-sifat aseli, impulse-impulse drive urge, instinct, dan sebagainya. Didalam kenyataannya, ilmu pengetahuan didalam cabang khusus ini, masih didalam tingkatan perkembangan awalnya, atau masih dalam tingkatan masa kanak-kanak.
Adalah merupakan suatu fakta yang ajaib bahwa lapangan dari bagian bawah sadarnya dari jiwa kita, yang sebagian besar masih berkeadaan gelap bagi manusia di abad Atom ini, dapat kita ketemukan dengan secara jelas, dan secara berulang-ulang didalam berbagai tulisan Agama Buddha. Didalam tulisan-tulisan atau naskah-naskah Agama Buddha, tidak hanya dapat kita ketemukan theori mengenai jiwa (= theory of mind), tetapi juga dapat kita ketemukan latihan-latihan mental (= kejiwaan) dan latihan-latihan physik (= kejasmanian) yang diterangkan bahwa itu bermanfaat untuk mengekang dorongan-dorongan hawa nafsu dari keinginan-keinginan rendah, yang nampaknya sukar dikendalikan, serta berguna untak melenyapkan hawa-nafsu dan keinginan-keinginan rendah itu hingga ke akar-akarnya, dan juga untuk mencapai keadaan yang disebut Pencapaian Penerangan Sempurna (= Enlightenment = Pencapaian Kesadaran Nirvana), dimana orang dapat menghayati atau mengalami sesuatu seperti apa adanya, dan akhirnya dapat membuktikan prinsip Anatta, yang berarti bahwa sebenarnva tidak ada apa yang dinamai ego yang bersifat personal itu. Adalah tidak mungkin untuk dikemukakan disini hingga ke hal-hal yang sekecil-kecilnya, mengenai Filsafat Buddhis dan mengenai Latihan-Latihan Ke-jiwa-an secara Buddhis, tetapi barangkali cukup menarik kiranya, kalau kami sajikan secara ringkas uraian mengenai Filsafat dari Aliran Agama Buddha, yang dinamai Dharmalaksana (Aliran Agama Buddha yang mengikuti faham bahwa hakekat atau prinsip dari segala sesuatu itu adalah Kesadaran Consciousness Only; atau bahwa hakekat atau prinsip dari segala sesuatu itu adalah Persepsi,= Perception Only).
Menurut Filsafat dan Agama Buddha aliran Dharmalaksana itu, konstitusi dari Alam Semesta itu dibagi menjadi delapan Kemampuan (atau delapan Kesadaran). Dari delapan kemampuan tersebut, lima yang pertama (ke-satu hingga ke-lima), adalah kemampuan-kemampuan keinderaan, yaitu : kemampuan untuk melihat sesuatu, kemampuan untuk mendengarkan sesuatu, kemampuan untuk mencium sesuatu bau, kemampuan untuk merasakan sesuatu, dan kemampuan untuk merasakan atau meraba sesuatu. Kemampuan yang ke-enam adalah kemampuan yang paling aktif. Kemampuan yang ke-enam ini, praktis, adalah terdiri dari semua fungsi-fungsi kejiwaan yang berada di lapangan bagian sadarnya dari jiwa kita. Kemampuan yang ke-tujuh, adalah keterikatan secara instinctive terhadap ego. Dan kemampuan yang ke-delapan, adalah yang paling penting dari semuanya. Kemampuan yang ke-delapan ini kadang-kadang diistilahkan dengan istilah Kemampuan Simpanan atau Kemampuan Menyimpan energi dan pengalaman-pengalaman (= Reservoir Faculty), dimana kecenderungan-kecenderungan dan energi-energi dari semua aksi-aksi atau tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman kita, di masa-masa yang lampau, kita simpan. Kemampuan yang ke-tujuh dan yang ke-delapan itu berfungsi secara terus menerus, sebagai pusat dari sistem psychis (= sistem kejiwaan), tanpa memandang apakah manusia yang bersangkutan itu sedang ada didalam keadaan sadar, atau tidur, atau bahkan sedang berada didalam keadaan, yang secara umum dinamai meninggal dunia atau mati itu. Bahkan ketika semua dari ke-enam kemampuan tersebut diatas (kemampuan nomor satu hingga nomor enam), itu telah berhenti berfungsi, kekuatan dari kemampuan yang nomor tujuh, atau keterikatan kepada ego, adalah luar biasa kehebatan kekuatannya, itu keadaannya sama seperti sebuah inti atom yang mengikat energi dari sebuah atom. Itu menyebabkan timbulnya lapisan-lapisan yang sifatnya dangkal, yang berbeda-beda bentuknya, yang terdapat didalam keinginan instinctive untuk hidup, untuk menurunkan jenis, untuk memiliki sesuatu, dan sebagainya. Didalam kenyataannya, instinct-ego, itu menjadi asal dan mengarahkan hampir semua fungsi-fungsi yang dangkal sifatnya, sebagai misalnya : kemauan, emosi, dan sebagainya, bahkan juga mempengaruhi sistem berfikir kita. Itu merusak kejernihan bagian sadarnya dari jiwa, dan oleh karena itu, lalu menimbulkan gambaran yang sifatnya illusi (= khayal atau palsu) dari eksistensi individual dari "Ke-Ego"-an (= "I"), "Keberadaan kita sebagai makhluk hidup" (= "Being"), "Kesadaran bahwa ada benda-benda" (= "Things"), dan sebagainya, yang menutupi sifat yang riil, sifat yang sesungguhnya, dari sifat "Ke-Tidak-Tetap-an dan sesuatu" (= "Impermanence") dan "Ke-Tidak-Ada-an Aku" (= "Egoless"). Karena semua kemampuan dari bagian sadarnya, dari jiwa kita, itu banyak sedikitnya dipengaruhi oleh keterikatan kita secara buta terhadap ego, maka dapatlah kita katakan secara kiasan bahwa lapangan dari bagian tidak-sadarnya dari jiwa kita, itu merupakan inti, didalam mana keterikatan kepada ego, adalah merupakan kekuatan pengikatnya. Kemampuan kejiwaan yang lainnya, bergerak mengelilingi inti tersebut, yang keadaannya seperti elektron-elektron yang bergerak mengelilingi inti dari sebuah atom. Susunan elektron-elektron didalam orbit-orbitnva pada sebuah atom, itu menentukan sifat-sifat chemisnya, sehingga kemampuan-kemampuan yang terdapat didalam bagian sadarnya dari jiwa kita, sebagai misalnya : kemauan, emosi, intellect, dan sebagainya, dari seorang individu, itu menentukan corak kepribadian (= personality) atau karakter-nya.
Sangat bermanfaat dan dapat memberikan manfaat yang besar kiranya, kalau berikut ini, saya sampaikan keterangan khusus, mengenai kekuatan intellectual dari manusia. Kekuatan intellectual manusia itu mempunyai kemampuan untuk bernalar, memahami sesuatu, dan meng-generalisir semua peristiwa yang terjadi didalam pengalaman; jadi, melalui penggunaan kemampuan-kemampuan itu, manusia dapat men-transmitkan dan saling menyampaikan dan mengubah idea-idea dan fikiran-fikiran, yang keadaannya sama dengan elektron-elektron didalam orbit yang paling luar, yang memungkinkan adanya pancaran-pancaran aliran-aliran elektris. Ciri pentingnya lainnya lagi dari intellect, ialah bahwa intellect itu paling sedikit terkenanya pengaruh instinct-ego. Sebaliknya, melalui penalaran dan kontemplasi, bahkan intellect manusia itu dapat memiliki kekuatan meng-realisasi-diri,- mewujudkan cita-citanya, untuk dapat menghayati Kasunyataan mengenai ajaran Ke-Tidak-Ada-an Aku (= egolesness). Sebenarnyalah bahwa melalui sarana-sarana kemampuan-kemampuan yang halus sifatnya itu, kalau kita ungkapkan secara kiasan, bahwa dimungkinkan orang itu untuk memecah atom psychis (= psychic atom)-nya.
Barangkali karena dipengaruhi oleh idea-idea dan theori-theori penemuan ilmiah yang baru, seorang ilmuwan, dan filsuf, seperti William James, telah mengemukakan theorinya bahwa kesadaran itu hanyalah merupakan suatu fungsi, dan bahwa tokoh ilmuwan seperti Bertrand Russell itu pernah berkata bahwa istilah sebagai misalnya "mental" itu tidak tergolong suatu entity tunggal didalam dirinya sendiri (adapun yang dimaksudkan disini, adalah : ego yang khayali = imaginary ego), tetapi hanyalah tergolong pada suatu sistem entity-entity. Munculnya kembali, = revival-nya-, mengenai konsep ketidak-ada-an ego, itu melatar depani kemungkinan diketemukannya kembali, dihayatinya kembali, kepercayaan terhadap realitas, yang atas dasar penemuan kembali itu, dapat dibentuk filsafat rasional yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan modern.
Tetapi untuk dapat memahami kekosongan atau kehampaan ego (= emptiness of the ego), adalah merupakan satu hal tersendiri; yang sangat berbeda dengan hal lainnya lagi, yaitu masalah mempraktekkan, merealisir dan menghayati kehidupan yang didasari ajaran ketidak-ada-an aku (= egoless life). Einstein telah mengvisualisasikan kemungkinan pelepasan, atau penggunaan energi atom, namun theori tersebut baru benar-benar dilaksanakan didalam praktek, empat puluh tahun kemudian. Terdapat pribadi-pribadi besar sebagai misalnya Sang Buddha Sakyamuni dan para Arahat penganut beliau, yang walaupun tujuannya sangat berbeda dari para ilmuwan, mereka itu menyatakan bahwa dirinya telah dapat mencapai keadaan Pencapaian Penerangan Sempurna (= telah mencapai Kesadaran Nirvana), dan telah dapat hidup berdasarkan ajaran ke-tidak-ada-an ke-aku-an; namun jumlah manusia super tersebut, jika dibandingkan dengan makhluk-makhuk hidup yang belum mencapai tingkatan super-manusia, yang jumlahnya bilyunan itu, keadaannya sama dengan jumlah yang sangat jarang dari elemen-elemen yang dari dirinva memancar sinar yang sangat terang, yaitu elemen-elemen : uranium, radium, actinium dan thorium, yang terdapat di bumi kita ini. Juga adalah sangat menarik untuk diperhatikan bahwa didalam ajaran Agama Buddha, yang terdapat di mana pun diseluruh muka bumi ini, prinsip apa yang dinamai "Jalan-Tengah" (= "Middle Path", atau "Middle Way") ada didalamnya. Secara essensial, prinsip tersebut mengajarkan orang untuk berpantang, untuk tidak menganut praktek-praktek yang mengikuti faham-faham yang ekstrim, baik di bidang physik, maupun di bidang mental. Dan dipercayai bahwa prinsip tersebut secara effektif, dapat membimbing orang ke langkah memasuki dalam mencapai Penerangan Sempurna. Didalam proses memasuki wilayah sebuah atom, ilmuwan mendapati fakta bahwa sebuah atom itu terdiri dari suatu sistem yang sifatnya komplek, dari elektron-elektron yang di-charge secara negatif, pada suatu ruang yang luas, sekeliling sebuah inti yang di-charge secara positif. Partikel-partikel yang di-charge sebagai misalnya proton-proton, elektron-elektron, atau partikel-partikel alpha) dan radiasi-radiasi electromagnetic (sebagai misalnya sinar-sinar gamma), itu melepaskan energi, dan dengan demikian dapat bergerak lambat di wilayahnya. Akhirnya para ilmuwan menemukan fakta bahwa ada sebuah partikel yang dinamai neutron, yaitu suatu partikel yang tidak mempunyai ekstrimitas-ekstremitas elektris, yang mampu menembus, melalui orbit-orbit dan terus bergerak melalui jalannya sendiri, tanpa terhalangi, hingga "bagian kepalanya dapat menembus", mengadakan benturan, dengan inti-atom. Walaupun ilmu pengetahuan mengenai atom dan Agama Buddha, itu nampaknya memiliki sifat yang sama sekali berbeda, namun sesungguhnya, ilmu pengetahuan dan Agama Buddha, itu sama-sama menangani, atau mengatasi, masalah yang sama, yaitu masalah energi dan pelepasan energi, dengan jalan menembus bentuk energi yang berkonsentrasi sangat tinggi, yang dinamai didalam satu fihak dengan istilah atom, dan di fihak satunya lagi, dengan istilah ego. Dan arah pergerakan keduanya sama, yaitu : "Kedalam" (= Inward"). Oleh karena itu, kita tidak perlu heran, dengan kesamaan yang sangat dekat, antara pandangan ilmu pengetahuan (= science) dan pandangan dari Agama Buddha. Energi yang dilepaskan melalui pemecahan ego itu tidak begitu nampak, tidak seperti pada bom-atom, namun kebijaksanaan tertinggi dari Sang Buddha dan Cinta-Kasihnya yang tidak terbatas, itu sama keadaannya seperti cahaya dan panas yang dilepaskan dari sumber alami dari energi atom, yaitu Matahari.
Saya telah menerangkan secara singkat, dua dari tiga prinsip yang fundamental dari Agama Buddha, yaitu ajaran mengenai Anicca (= Azas Ke-Tidak-Tetap-an dari segala sesuatu = Impermanence), dan ajaran mengenai Anatta (= Azas Ke-Tidak-ada-an dari Ke-Aku-an = egolessness). Prinsip penting lainnya, dinamai Dukkha (= Azas bahwa setiap makhluk hidup, yang belum dapat mencapai Nirvana, itu mengalami penderitaan), atau suatu konsekwensi dari kehidupan yang bersifat egoistic. Ketiga Prinsip itu begitu sangat penting, sehingga secara aktual dianggap sebagai batu ujian (= testing-stone) dari Agama Buddha. Sesuatu theori atau philosophi, yang sama sekali bersesuaian dengan ketiga prinsip tersebut, itu kita sebut, kita nyatakan, sebagai bersifat Buddhistic; dan segala sesuatu yang tidak bersesuaian dengan ketiga prinsip tersebut, itu kita sebut, kita nyatakan, sebagai bersifat non Buddhistic. Dari fakta ini, ciri rasionalnya dari Agama Buddha, dapat kita lihat dengan lebih jelas.
File dalam bentuk Microsoft Word 2007 dapat anda download di >>>CLICK ME<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar