Oleh :
Buddhadasa P. Kirthisinghe
Apakah hidup atau kehidupan itu?. Ini adalah pertanyaan yang sukar dijawab; dipandang dari sudut ilmu pengetahuan. Professor Rhodes menggambarkan hidup atau kehidupan itu sebagai suatu urut-urutan proses yang terjadi didalam tingkat-tingkatan tertentu, yang sifatnya komplek, dari organisasi zat Walaupun demikian, Agama Buddha (Sang Buddha tidak membicarakan tentang masalah sebab-dan-akibat), didalam membicarakan hidup atau kehidupan, yang merupakan suatu continuum (= sesuatu yang berlanjut terus), sesuai dengan doktrin Persebaban Yang Saling Bergantungan) (lihat di bagian lain dari artikel ini). Agama Buddha menunjukkan dengan jelas bagaimana suatu sebab itu menjadi akibat, dan suatu akibat itu lalu menjadi sebab. Menurut Yang Mulia Nyanaponike, didalam masalah phenomena mental (= gejala-gejala jiwa), unsur sebab itu tidak akan pernah menjadi unsur akibat, dan unsur akibat tidak akan pernah menjadi unsur penyebab; walaupun suatu unsur akibat itu mungkin menjadi suatu kondisi berbagai type-type gejala-gejala, tetapi tidak akan pernah menjadi suatu unsur sebab yang sifatnya produktif. Secara umum, Agama Buddha lebih suka mempergunakan istilah "kondisi" dan "kondisionalitas". Sama seperti itu, didalam ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat, istilah-istilah sebab dan akibat, itu merupakan istilah yang sangat disederhanakan, tetapi istilah-istilah tersebut, masih dipergunakan didalam maknanya yang populer.
Kelahiran dan kematian yang secara berulang-ulang dan berlanjut terus, yang dinamai "samsara", itu telah digambarkan secara tepat, sebagai suatu cyclus atau roda. Tidaklah dapat kita bayangkan, dan adalah sangat sukar untuk menunjukkan titik permulaan didalam cyclys sebab dan akibat, yang demikian itu; oleh karena itu mengenai asal hidup atau kehidupan, yang paling pertama, Sang Buddha menerangkannya sebagai berikut : "Tanpa mengetahui tujuannya, didalam mengembara dalam kehidupannya secara berulang-ulang di dunia (samsara) ini, makhluk-makhluk yang hidup di saat permulaannya, itu berkeadaan terliputi oleh ketidak-tahuannya, dan terikat oleh keinginan-keinginannya; mereka mengembara kesana-kemari, tanpa mengetahui apa seharusnya yang wajib diperbuatnya."
Hendaklah orang tidak cemas dan kecewa, karena merasa mengalami kegagalan, didalam mencari keterangan tentang titik permulaan dari suatu masa lampau yang tak-ber-permulaan. Hidup atau kehidupan, itu adalah suatu proses menjadi, merupakan suatu kekuatan, merupakan sesuatu yang mengalir terus menerus, dan keadaan yang demikian itu membutuhkan adanya suatu masa lampau yang tak berpermulaan, yang tidaklah perlu kita risaukan, apakah makhluk yang pertama itu adalah kera atau manusia.
Walaupun demikian, kita mengetahui bahwa hidup atau kehidupan, itu merupakan suatu kesatuan, dan bahwa semua makhluk-makhluk hidup, yang bermacam-macam jenisnya, yang jutaan, atau bahkan tak terhitung banyaknya itu, telah selama ribuan juta tahun sama-sama ikut menghayati proses kehidupan yang sama. Didalam peristiwa yang demikian itu, secara sekaligus, kita lihat adanya kesederhanaan dan keajaiban atau kehidupan.
Suatu penyelidikan yang dilakukan akhir-akhir ini, pada lapisan tanah bagian atas, setebal satu inch, dan seluas satu acre, yang terletak di dekat ibukota Amerika Serikat, menunjukkan bahwa tanah setebal dan seluas itu, berisi lebih dari 1.000.000 hewan-hewan microscopic, dan 2.000.000 benih-benih microscopic. Pada tanah setebal dan seluas tersebut diatas itu terdapat lebih dari 300.000 species (= jenis-jenis) tanaman hidup, dan 1.120.000 species hewan-hewan hidup, dan lebih dari tiga-per-empat-nya terdiri dari insect (= serangga), sedangkan hewan golongan tinggi atau yang telah bertulang belakang, membentuk hanya 5 persennya. Kira-kira 20 persennya terdiri dari golongan mollusc (= jenis keyong atau siput), dan lainnya golongan arthropod (= jenis hewan yang banyak kakinya) (serangga, kepiting, labah-labah, dan lipan), dan hewan golongan protozoa (= organisme-organisme yang ber-cel satu). Jadi, terdapat banyak sekali kehidupan dan ini merupakan faktor utama, didalam evolusi kehidupan. Seperti ditunjukkan oleh Charles Darwin, hal-hal yang demikian itu membimbing orang untuk mempercayai apa yang dinamai "Seleksi Alamiah" (= Natural Selection). Di alam ini, dengan hasil yang berlebihan dari organisme dan terdapatnya perjuangan hidup yang tak terelakkan, maka organisme-organisme yang paling kuat, yang paling menang, didalam menghadapi persaingan-persaingan hidup, dapat tetap hidup terus (= survival of the fittest), ini adalah theori umum dari seleksl alamiah.
Apabila kita memikirkan pengaruh Darwin pada pemikiran manusia selama 100 tahun terakhir ini, adalah layak untuk memperbedakan secara tajam antara evolusi sebagai suatu fakta historis dan theori operasional dari modifikasi didalam masalah penurunan jenis. Adalah merupakan yang pertama kalinya dari theori-theori ilmu pengetahuan, bahwa theori evolusi itu telah diterima oleh umum sebagai imaginasi yang populer, dan telah menggerakkan saat timbulnya Zaman Victoria, di Dunia Barat, dengan implikasinya terhadap filsafat keagamaan, dan di semua bagian dari dunia lalu membicarakannya sebagai suatu pukulan yang mematikan terhadap mythologi-mythologi yang bersifat takhayul dan tradisional, yang telah menyelimuti idea-idea dari semua bangsa, sebagai suatu keterangan tentang asal manusia, kecuali pandangan Agama Buddha.
Didalam proses evolusi, theori seleksi alamiah yang diperkembangkan oleh Darwin, adalah sangat penting. Selanjutnya Darwin menunjukkan bagaimana modifikasi sepanjang garis penurunan jenis itu berlangsung. Makhluk hidup telah ber-evolusi secara berlanjut dan melalui periode waktu, yang berurut-urutan, yang tiap periodenya memiliki type, tingkatan, dan susunan organisme hidup, yang khusus.
Julian Huxley menyatakan pendapatnya sebagai berikut : "Sistem alam adalah penyusunan genealogis dengan pencapaian tingkatan-tingkatan perbedaan, yang ditandai dengan istilah-istilah : varietas-varietas, species-species, genus-genus, family-family, dan order-order. Dan kita telah menemukan garis-garis keturunan, dengan ciri-ciri karakteristik yang paling permanen, apa pun ciri-ciri mereka itu, dan tidak perlu terpengaruh betapa kurang vitalnya ciri-ciri mereka itu."
Susunan rangka yang terkenal dari tulang-tulang pada tangan-tangan, pada sayap-sayap dari kelelawar, pada sirip-sirip ikan hiu, dan ciri-ciri leher pada kuda, yang dibandingkan dengan sejumlah yang sama, pada hewan-hewan bertulang belakang, yang membentuk leher hewan jerapah dan gajah, segera terlihat telah menunjukkan benarnya theori keturunan jenis, dengan modifikasi-modifikasi yang perlahan-lahan, dan secara berurut-urutan.
Sejak tahun 1900 theori-nya Darwin telah diungkapkan kembali didalam istilah-istilah genetic yang memungkinkan kita memperoleh manfaat yang besar didalam pemahaman kita mengenai proses-proses penurunan warisan (= hereditas).
Pada tahun 1866 Gregor Mendel telah mempublikasikan karyanya yang termasyhur mengenal keturunan, yang memperkuat dan mengkonsolidasikan theori-nya Darwin. Faktor lainnya yang menolong didalam penerimaan theori seleksi alam, yang menciptakan species baru didalam alam, adalah mutasi. Namun ketepatan dari methode operasinya dari phenomena mutasi ini belum sepenuhnya dapat dimengerti. Contoh yang paling terkenal mengenai mutasi-mutasi yang demikian itu, yang dinamai variasi-variasi yang spontan (variasi tunggal dari Darwin), dengan mana varietas-varietas yang berbeda dan baru dari tanaman-tanaman dan hewan-hewan muncul. Hukum-hukum mutabilitas itu sangat berbeda dengan variasi-variasi individual. Yang disebutkan belakangan itu dikarenakan oleh faktor-faktor herediter.
Dinyatakan orang bahwa lama sebelum Darwin, orang telah mulai menolak ceritera dari Kitab Suci mengenai penciptaan. Satu demi satu, Darwin telah memperkembangkan idea-idea besarnya, yang kita assosiasikan dengan namanya, yaitu: seleksi alam, seleksi seksual, argumen-argumen dari domestikasi, studi-studi didalam penekanan penduduk, studi tentang variasi-variasi dan isolasi geografis; bukti tentang perbandingan anatomi dan embryologi, cara-cara hybridisasi, manfaat dari hybrid-hybrid, dan yang terakhir dari semuanya, adalah analisanya tentang jiwa dan moral. Tidak ada satu pun dari yang tersebut dimuka tadi, yang didalam sesuatu cara, bertentangan dengan ajaran Buddha Dhamma.
Darwin mempertahankan pendapatnya bahwa manusia itu berasal dari satu sumber tunggal, yang berupa hewan-hewan menyerupai kera, yang menghuni dunia kuno (= old world). Dia mempertahankan pendapatnya bahwa satu sumber tunggal tersebut lalu mengalami diversifikasi menjadi berbagai species-species atau bangsa-bangsa (= races). Mereka itu juga telah mengadakan adaptasi atau akklimatisasi (= penyesuaian-diri terhadap iklim) (dengan seleksi alam), untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit-penyakit yang ada di daerah dimana mereka tinggal.
Evolusi didalam faktanya terjadi peristiwanya, paling jelas ditunjukkan oleh studi mengenai fossil-fossil. Penemuan fossil-fossil tulang-tulang hewan, yang dapat diperbandingkan dengan makhluk-makhluk yang masih hidup, dinamai palaentologi.
Adalah doktrin evolusi-lah, yang mula pertama dapat memberikan interpretasi mengenai sifat-sifat perubahan-perubahan fauna, dari fossil-fossil yang ada, yang diketemukakan oleh para ahli palaeontologi dan para ahli geologi. Seri-seri hewan-hewan yang menunjukkan adanya perubahan-perubahan evolusioner, yang paling meyakinkan adalah pada penemuan-penemuan hewan-hewan yang bertulang belakang. Suatu contoh klassik, yang tidak diketahui oleh Darwin, adalah perubahan secara setapak demi setapak dari kuda-kuda, selama 40 hingga 50 juta tahun, dari makhluk hewan, yang jari-jari kakinya ada empat, dan masih sangat kecil, dengan gigi-gigi yang masih primitif, hingga ke makhluk hewan yang kakinya berjari satu dan besar, dengan gigi gerahamnya, yang mewakili jenis family kuda yang hidup, di zaman sekarang ini.
Kita memiliki pengetahuan yang luar biasa kayanya tentang sejarah hewan-hewan menyusui (= mammal). Dapat ditunjukkan bahwa didalam proses perubahan setingkat demi setingkat yang meliputi keterangan suatu jenis makhluk, tentang besarnya tubuhnya, pertumbuhannya, kebiasaan cara memakannya, dari jenis babi, hingga jenis gajah. Perubahan-perubahan tersebut meliputi jangka waktu kira-kira 40 juta tahun. Kalau jenis kuda dan jerapah (= giraffe) dengan memperpanjang lehernya untuk mencari makanannya, maka yang terjadi pada hewan jenis gajah adalah dengan memperpanjang rahang bawahnya, untuk tujuan yang sama seperti pada jenis kuda. Julian Huxley berpandangan yang sama dengan pandangan Darwin yang berfikiran bahwa mungkin semua kehidupan yang ada ini berasal dari satu wujud yang aseli.
Professor Mannes Alfven dari Royal Institute of Technology, mempertahankan pendapatnya dengan mengatakan sebagai berikut : "Jawaban yang paling sederhana dan paling sympathic adalah bahwa secara alamiah, Tuhan, atau beberapa "Kekuatan" lainnya, itu mengarahkan perkembangan menuju ke tujuan tertentu didalam "membawa ke pencapaian mahkota kehidupan", yaitu menjadi seperti kita ini. Dipandang dari sudut skala yang lebih luas, dengan hewan amoeba sebagai titik berangkatnya, perspektif yang dikemukakan, nampaknya lebih bersifat ilmiah, tetapi segera setelah kita meneliti hingga ke hal yang sekecil-kecilnya, kita dapat mengetahui bahwa konsepsi yang demikian itu tidak dapat dipertahankan. Pertanyaannya yang utama berbunyi : "Bagaimana caranya intervensi yang supernatural itu terjadi?. Sebab, apabila hukum-hukum alam itu, tanpa ada kecualinya, berkeadaan valid (= berlaku sah dan tidak dapat ditawar-tawar), maka tentu tidak ada tempat untuk adanya intervensi yang demikian itu."
"Kita mulai dapat melihat bahwa keajaiban evolusi dari amoeba ke tingkat manusia, atau, kita tahu, tanpa perlu adanya keragu-raguan bahwa itu merupakan suatu keajaiban yang sangat mentakjubkan, dan bahwa evolusi yang demikian itu bukan merupakan hasil karya dari Sabda Yang Maha Perkasa dari Sang Maha Pencipta, tetapi adalah merupakan hasil pergabungan dari proses-proses kecil, yang tampaknya tidak berarti. Perubahan struktural itu terjadi didalam suatu molekul, pada chromosome-chromosome-nya, hasil dari suatu perjuangan untuk mencari makan, pada dua hewan, reproduksi dan kegiatan membesarkan anaknya, yang demikian itu adalah merupakan elemen sederhana, yang bersama-sama, didalam garis waktu sepanjang jutaan tahun, telah menciptakan keajaiban besar. Ini bukan merupakan sesuatu yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Suatu keajaiban itu bukan terpisah dari kehidupan yang biasa. Suatu keajaiban didalam kehidupan kita sehari-hari, itu hanya masalah apakah kita memiliki kemampuan melihat keajaiban itu, atau tidak."
Sir Garvin mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : "Lebih lanjut, dapatlah kita terangkan bahwa evolusi dan adaptasi dari tanaman-tanaman dan hewan-hewan, itu sering dikatakan pada desainnya, tujuannya, atau bimbingannya; namun didalam kenyataannya sering ada penyimpangan-penyimpangan, dan bencana-bencana, yang berada jauh dari desain, tujuan, dan bimbingan, sehingga hal itu mendorong kita untuk mencari keterangan-keterangan yang lainnya."
Tidak ada entitas (= entity) yang keadaannya sedemikian rupa, yang dikatakan sebagai roh (= soul), (yang didalam Agama Buddha, diistilahkan dengan ("anatta") pada manusia dan hewan-hewan. Menurut ajaran Agama Buddha, semua benda, baik makhluk hidup atau benda-benda mati, itu merupakan subjek yang terkena perubahan. Tidak ada yang bersifat permanen; semua benda itu muncul dan lalu lenyap; oleh karena itu, tidak ada entitas yang berkeadaan permanen didalam bentuk suatu roh atau self, yang terdapat didalam diri manusia atau didalam sesuatu yang lain.
Semua kehidupan di bumi ini berkeadaan saling bergantungan, yang satu terhadap yang lainnya, dan tidak berfungsi didalam isolasi atau keterasingan. Oleh karena itu, manusia dan hewan-hewan itu tidak bersifat dapat mencukupi dirinya sendiri, dan semua phenomena biologis itu bersifat tidak permanen dan mengalami perubahan-perubahan secara berlanjut terus, dan berada didalam suatu keadaan yang selalu mengalami keadaan yang mengalir (= continuous flux) (yang didalam Agama Buddha, diistilahkan dengan "anicca"), dan masing-masing dikondisikan oleh faktor-faktor lingkungan-sekitar. Dimana-mana, kita dapati konflik-konflik, dan konflik-konflik itu menunjukkan adanya sifat tidak memuaskan didalam kehidupan, atau untuk menggunakan istilah tehnis didalam Agama Buddha, "duhkha" (= penderitaan, keadaan sakit, dan kepedihan karena sakit badaniah, atau sakit kejiwaan).
Kejanggalan dari apa yang dinyatakan oleh Religi yang bersifat theistic, yaitu bahwa manusia dikatakan mempunyai roh, - yang diterangkan sebagai merupakan setitik kecil api dari Maha-Api Ke-Tuhan-an, dan merupakan suatu entitas yang tidak mengalami perubahan, didemonstrasikan dengan jelas dengan adanya organ tubuh, terutama jantung, yang dicangkokkan dari manusia satu ke manusia lainnya. Dr. Christian Barnard, seorang ahli bedah dari Afrika Selatan, yang telah melakukan pencangkokkan jantung manusia, yang pertama kali, meramalkan bahwa di masa-masa yang akan datang, jantung-jantung hewan dan organ-organ lainnya akan digunakan secara luas, sebagai pengganti organ tubuh yang sama pada badan manusia.
REFERENSI :
- Alfven, Hannes. | Atom, Man and the Universe, Pelican, 1952. |
- Huxley, Julian | Evolution in Action, Perennial Library, N.Y. 1958. |
- Huxley, Julian | The Struggle of Life, Present Living Thoughts of Charles Darwin, Pelican, 1950 |
- Rhodes, F.H.T. | The Evolution of Life, Pelican, 1951 |
- Rook, Arthur, ed. | The Origin and Growth of Biology, Pelican, 1950. |
- Smith, J.M. | The Theory of Evolution, A Pyramid Book, 1969. |
- Wendt, Herbert | The Road to Man, The World of Science, 1961. |
File dalam format Microsoft Words 2007 dapat anda Download disini
>>>CLICK ME<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar