Berbasa-basi Sejenak
TANPA KONSEP
Seorang ilmuwan memprotes Sang Guru yang dinilainya telah
bersikap tidak adil terhadap ilmu pengetahuan. Menurutnya,
Sang Guru melecehkan "konsep" dan mempertentangkannya dengan
"pengetahuan-tanpa-konsep".
Sang Guru dengan susah payah menjelaskan bahwa ia tak
bermaksud memusuhi ilmu. "Tetapi," katanya, "pengetahuanmu
mengenai istrimu sebaiknya melampaui pengetahuan-konsep
ilmiah."
Ketika berbicara kepada para muridnya, ia bahkan lebih tajam
lagi. "Konsep-konsep membatasi," katanya. "Membatasi berarti
merusak. Konsep-konsep itu membedah kenyataan. Dan apa yang
kamu bedah itu kamu bunuh."
"Apakah lalu konsep-konsep menjadi tak berarti?"
"Tidak. Bedahlah bunga mawar dan kamu akan mempunyai
informasi yang berharga - meski bukan pengetahuan - tentang
bunga itu. Jadilah seorang ahli dan kamu akan memiliki
banyak informasi - tetapi bukan pengetahuan - tentang
Kenyataan."
SIMBOL
Sang Guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat oleh
kebanyakan orang bukan dunia Kenyataan, melainkan dunia yang
diciptakan oleh pikiran mereka.
Ketika seorang ahli datang untuk berdebat soal itu, Sang
Guru meletakkan dua batang korek api di atas lantai dalam
bentuk huruf T dan bertanya, "Apa yang kamu lihat di sini?"
"Huruf T," jawab ahli itu.
"Persis seperti yang saya pikirkan," kata Sang Guru. "Tak
ada huruf T; itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apa
yang kamu lihat di sini adalah dua potong kayu berbentuk
batang. "
MEMBACA KITAB SUCI
"Ketika kamu berbicara mengenai Kenyataan," kata Sang Guru,
"kamu mencoba untuk mengungkapkan sesuatu Yang Tidak Dapat
Terungkapkan kedalam kata-kata sehingga kata-katamu tentu
akan gagal dipahami. Demikianlah, orang yang membaca
ungkapan Kenyataan yang disebut Kitab Suci itu, menjadi
bodoh dan kejam karena mereka mengikuti, bukan akal sehat
mereka, tetapi apa yang mereka pikir dikatakan oleh Kitab
Suci."
Sang Guru mempunyai perumpamaan yang sangat bagus untuk
menggambarkannya.
Seorang pandai besi didatangi seorang magang yang bersedia
bekerja keras dengan upah rendah. Ia pun memberikan perintah
pada orang muda itu, "Saya akan mengeluarkan logam dari
tungku, lalu meletakkannya pada landasan; dan jika saya
mengangguk, tempalah dengan palu." Magang itu melakukan
persis apa yang menurutnya diperintahkan oleh si pandai
besi. Di kemudian hari dialah yang menjadi pandai besi desa
itu."
KESALAHAN
Kepada seorang murid yang takut membuat kesalahan Sang Guru
berkata,
"Mereka yang tidak membuat satu kesalahan pun justru membuat
kesalahan paling besar: mereka tidak mencoba sesuatu yang
baru."
APAKAH ALLAH ADA?
"Katakan kepada saya," kata seorang ateis, "apakah Allah itu
sungguh-sungguh ada?"
Jawab Sang Guru, "Jika kamu menginginkan saya
sungguh-sungguh jujur, saya tidak akan menjawab."
Para murid penasaran mengapa ia tidak menjawab.
"Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab," kata Sang Guru.
"Jadi, Guru juga ateis?"
"Tentu saja tidak. Orang ateis membuat kesalahan karena
menyangkal kenyataan yang tidak mungkin dijelaskan."
Setelah diam sejenak, ia menambahkan, "Dan orang teis
membuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya."
RAHASIA KETENTERAMAN
"Apa rahasia ketenteramanmu?"
Kata Sang Guru, "Bekerja sama sepenuh hati dengan
yang-tidak-dapat-terhindarkan."
PENGEMIS BUTA
Sang Guru dan seorang murid mendatangi seorang buta yang
duduk di pinggir jalan sambil meminta-minta.
Kata Sang Guru, "Berilah orang itu derma." Murid itu
meletakkan uang logam ke dalam topi sang pengemis.
Kata Sang Guru, "Kamu tadi seharusnya membuka topimu sebagai
tanda hormat."
"Mengapa?" tanya murid itu.
"Setiap orang harus melakukan itu ketika memberikan derma."
Tetapi orang itu kan buta?
Siapa bilang? kata Sang Guru mungkin saja ia menipu."
PENDERMA
Pertapaan itu kedatangan banyak orang sehingga perlu
didirikan bangunan tambahan. Seorang pedagang mengeluarkan
cek sejuta dolar dan meletakkannya di hadapan Sang Guru.
Sang Guru mengambilnya dan berkata, "Baik. Saya
menerimanya."
Pedagang itu kecewa. Yang diberikannya adalah sejumlah besar
uang dan Sang Guru tidak mengucapkan terima kasih kepadanya.
"Ada sejuta dolar dalam cek itu," katanya.
"Ya, saya melihatnya."
"Bahkan meskipun saya adalah seorang yang kaya raya, sejuta
dolar adalah uang yang besar."
"Apakah Anda ingin agar saya mengucapkan terima kasih?"
"Sudah seharusnyalah."
"Mengapa harus? Pemberilah yang seharusnya berterima kasih,"
kata Sang Guru.
SISI LUAR
Gagasan bahwa segala sesuatu di dunia ini sempurna tidak
dapat dipahami oleh para murid.
Maka Sang Guru menerangkannya dengan lebih sederhana: "Allah
merajut rancangan-Nya yang sempurna dengan benang-benang
hidup kita," katanya, "bahkan dengan dosa-dosa kita. Kita
tak dapat melihat itu karena kita hanya mengamati sisi luar
kain rajutan itu."
Dan, secara lebih ringkas, "Apa yang oleh beberapa orang
dilihat sebagai batu mengkilap, oleh ahli permata disebut
sebagai berlian."
BENAR
Para murid merasa tersinggung karena melihat ajaran-ajaran
Sang Guru dijadikan bahan tertawaan dalam sebuah majalah
nasional.
Sang Guru tidak terganggu sama sekali. "Apakah sesuatu
menjadi sungguh-sungguh benar," katanya, "jika tak seorang
pun menertawakannya?"
TIDAK BAHAGIA
Sang Guru mengajar, satu alasan yang membuat orang tidak
bahagia adalah karena mereka berpikir bahwa tidak ada
sesuatu pun yang tidak dapat mereka ubah.
Untuk itu ia suka menuturkan cerita tentang seorang pembeli
yang mengatakan kepada pemilik toko, "Radio transistor yang
kamu jual kepada saya itu kualitas suaranya istimewa, tetapi
saya ingin menukarkannya dengan radio yang program acaranya
lebih baik."
KONSISTENSI ATAU KEBENARAN
Pada masa mudanya Sang Guru pernah menjadi aktivis politik
dan memimpin gerakan demonstrasi melawan pemerintah.
Beribu-ribu orang meninggalkan rumah dan pekerjaan mereka
untuk menggabungkan diri. Ketika mereka baru hendak mulai,
tiba-tiba saja Sang Guru menghentikan semuanya.
"Apa-apaan ini?! Gerakan ini telah direncanakan
berbulan-bulan dan telah menghabiskan uang rakyat. Mereka
akan menuduh kamu tidak konsisten," bentak para pengikutnya
yang marah.
Sang Guru tidak bergeming. "Komitmen saya bukanlah pada
konsistensi," katanya, "melainkan pada Kebenaran."
KEDAMAIAN
"Apa yang kamu cari?"
"Kedamaian," jawab seorang tamu.
Bagi orang-orang yang mencari perlindungan bagi ego mereka,
kedamaian sejati hanya akan mengakibatkan gangguan."
Lalu, kepada kelompok religius yang datang untuk menengok
dan meminta berkat, ia berkata dengan senyuman nakal,
"Semoga damai Allah mengganggu kamu selalu!."
PERUMPAMAAN HIDUP
Sepulang dari perjalanan, Sang Guru menceritakan salah satu
pengalamannya yang menurutnya merupakan perumpamaan mengenai
hidup.
Pada waktu istirahat pendek, ia berjalan ke warung makan
yang kelihatan apik. Ada sup lezat, gulai panas, dan semua
jenis hidangan yang serba menggoda selera.
Ia memesan sup.
"Anda penumpang bus?" tanya sang pelayan dengan nada
keibuan. Sang Guru mengangguk.
"Tidak ada sup."
"Kalau gulai nasi panas?" tanya Sang Guru dengan rasa heran.
"Juga tidak, karena Anda penumpang bus! Anda sebaiknya
membeli roti saja. Seluruh pagi saya habiskan guna
mempersiapkannya, dan Anda bisa menyantapnya dalam waktu
tidak lebih dari 10 menit. Saya tidak akan mempersiapkan
makanan yang tidak dapat Anda nikmati dengan waktu yang Anda
miliki."
Badut
Sang Guru bukanlah orang yang sok serius. Hampir selalu ada gelak tawa hadirin setiap kali ia bicara. Itu rupanya mengecewakan mereka yang sangat ingin serius tentang spiritualitas dan diri mereka.
"Guru ini seperti badut!" kata seorang tamu yang merasa tertipu.
"O, tidak," sergah seorang murid. "Anda salah tangkap. Seorang badut membuat Anda menertawainya; seorang Guru membuat Anda menertawai diri sendiri."
SELARAS DENGAN ALAM
Selalu tumbuh sukacita ketika memandang Sang Guru melakukan
tindakan sederhana: duduk atau berjalan atau minum secangkir
teh atau mengibaskan seekor lalat. Ada pesona dalam semua
hal yang ia kerjakan yang membuatnya tampak selaras dengan
Alam, seolah-olah tindakan-tindakannya bukan dihasilkan
olehnya, tetapi oleh Alam Semesta.
Pada suatu ketika ia menerima sebuah bingkisan. Para murid
terkagum-kagum memperhatikan dia melepas ikatan, membuka
bungkus, dan mengeluarkan isinya seolah-olah bingkisan itu
adalah makhluk hidup.
PENGAKUAN DOSA
Seorang rohaniwati bercerita kepada Sang Guru, ia baru saja
mengaku dosa pada pagi itu.
"Saya tidak dapat membayangkan bahwa kamu melakukan dosa
berat," kata Sang Guru. "Apa yang tadi kamu akukan?"
"Yah, saya pernah malas pergi ke Misa pada suatu hari Minggu
dan saya pernah menyumpahi tukang kebun. Pernah juga saya
mengusir ibu mertua saya selama satu minggu."
"Tetapi bukankah itu terjadi lima tahun yang lalu? Tentunya
kamu sudah pernah mengakukannya."
"Ya. Tetapi saya selalu mengakukannya setiap kali. Saya
memang suka mengingat-ingatnya."
METODE
"Saya telah hidup bersama Anda selama empat bulan tapi Anda
belum memberikan metode atau teknik apa pun."
"Metode?" kata Sang Guru. "Untuk apa kamu menginginkan
metode?"
"Untuk mencapai kebebasan batin."
Sang Guru serta-merta tergelak-gelak. "Kamu harus sangat,
sangat terampil agar bisa mencapai kebebasan dengan
menggunakan perangkap yang disebut metode itu," katanya.
KETINGGALAN ZAMAN?
Ketika seorang murid mengeluh bahwa spiritualitas Sang Guru
perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, Sang Guru
tertawa keras-keras. Kemudian ia menceritakan kisah seorang
pelajar yang mengatakan kepada seorang penjual buku, "Tidak
ada buku anatomi yang lebih baru? Buku-buku yang ada di sini
sudah berumur 10 tahun atau lebih!"
Kata penjual buku, "Dengarlah, Nak. Tidak ada penambahan
tulang apa pun dalam tubuh manusia selama 10 tahun terakhir
ini."
"Demikian pula halnya," sambung Sang Guru, "tidak ada
penambahan apa pun dalam kodrat manusia selama 10.000 tahun
terakhir ini."
(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello,
Penerbit Kanisius, Cetakan 1, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar