Doa Sang Katak
JARINGAN LABA-LABA DI SERBAN
Dulu ada seorang hakim Arab, yang terkenal karena
kebijaksanaannya. Pada suatu hari seorang pemilik toko
datang melapor, bahwa ada barang dicuri dari tokonya, tetapi
ia tidak dapat menangkap pencurinya.
Hakim memerintahkan agar pintu toko dilepas dari engselnya,
dibawa ke tengah pasar dan dicambuki limapuluh kali, karena
tidak melakukan kewajibannya menahan pencuri masuk toko.
Banyak orang berkumpul melihat hukuman aneh yang sedang
berjalan. Ketika cambukan sudah dijalankan, hakim membungkuk
dan bertanya kepada pintu, siapa pencurinya. Lalu ia
menempelkan telinganya ke pintu, untuk mendengar lebih baik
apa yang dikatakan pintu.
Ketika ia berdiri ia mengumumkan. "Pintu menyatakan bahwa
pencurian itu dilakukan oleh seseorang, yang membawa sarang
laba-laba di puncak serbannya." Segera tangan orang tertentu
di tengah massa itu meraba serbannya. Rumahnya diperiksa dan
barang-barang curian ditemukan.
Yang diperlukan hanya kata yang menyanjung atau celaan untuk
membuka si aku.
LUKA BAKAR PADA TELINGA PEMABUK
Seorang pemabuk muncul di jalanan dengan luka-bakar pada dua
telinganya. Seorang teman bertanya, apa yang menyebabkan
luka-bakar tadi.
"Istriku meninggalkan setrika masih panas, maka ketika
tilpun berbunyi aku keliru mengangkat setrika."
"Ya, tetapi telinga satunya itu?"
"Si tolol itu menelepon lagi!"
BAHARUDIN MENYEMBUNYIKAN MUKJIZAT-MUKJIZATNYA
Pada suatu ketika orang menemui murid seorang Muslim mistik
Baharudin Naqshband dan berkata, "Jelaskan, mengapa gurumu
menyembunyikan mukjizat-mukjizatnya. Aku sendiri
mengumpulkan peristiwa-peristiwa, yang membuktikan tak dapat
disangsikan lagi, bahwa ia hadir pada lebih dari satu tempat
pada waktu yang sama, bahwa ia menyembuhkan orang dengan
kekuatan doanya, tetapi ia berkata, bahwa itu karya kodrat,
bahwa ia membantu orang dalam kesusahannya dan mengatakan
itu sebagai keuntungan mereka. Mengapa ia berbuat demikian?"
"Aku tahu betul apa yang kamu maksud" kata murid, "Sebab aku
sendiri mengamati hal-hal itu. Dan kukira, aku dapat
menjawab pertanyaanmu itu. Pertama, Guru itu menolak menjadi
pusat perhatian orang banyak. Dan kedua, ia yakin bahwa jika
orang sudah menaruh perhatian pada mukjizat, mereka tidak
berminat lagi belajar sesuatu yang bernilai rohani."
SIAPAKAH MARUF KARKHI ITU?
Seorang murid menemui Maruf Karkhi, Guru Muslim dan
berkata: "Aku berbicara dengan orang tentang diri tuan.
Orang Yahudi berkata, Tuan itu kepunyaan mereka. Orang
Kristen menganggap tuan salah satu santo mereka. Dan orang
Muslim memandang tuan sebagai kemashuran Islam."
Maruf menjawab, "Itu yang mereka katakan di sini, di Bagdad.
Ketika aku hidup di Yerusalem, orang Yahudi menamakan aku
Kristen; orang Kristen Muslim, dan orang Muslim: Yahudi."
"Lalu kami harus berpikir apa tentang tuan?"
"Pikirkanlah aku sebagai orang, yang mengetahui ini tentang
dirinya: "Mereka yang tidak mengerti aku, menghormati aku.
Mereka yang menjelekkan aku, tidak mengerti aku juga."
Jika engkau mengira, engkau itu adalah apa yang dipikirkan
sahabat atau musuhmu, engkau jelas belum mengenal dirimu.
ORANG TERPIDANA DAN SELIMUT
Orang terpidana hidup dalam tutupan bertahun-tahun. Ia tidak
melihat, tidak bicara dengan orang, dan makanannya
disorongkan melalui lubang di dalam dinding.
Pada suatu hari seekor semut masuk dalam biliknya. Orang
tadi memperhatikan terpesona, ketika semut itu kakinya
merayap di ruang itu. Semut itu diletakkan di telapak
tangan, untuk diamati lebih dekat, diberi dua butir nasi,
dan disimpan di bawah cangkirnya di waktu malam.
Pada suatu ketika ia merasa tersentuh, karena perlu sepuluh
tahun dalam tutupan untuk membuka matanya melihat keindahan
seekor semut. Gelap Menurut El Greco
Ketika pelukis Spanyol El Greco dikunjungi sahabatnya di
rumah sore hari cerah di musim semi, ia ditemukan duduk di
kamar kelambu tertutup rapat.
"Mari keluar di sinar matahari," kata sahabatnya.
"Tidak sekarang" jawab El Greco: "Ini akan mengacaukan
terang yang bersinar di dalam hatiku."
UCAPAN PENOLAKAN ORANG CINA
Kejelasan tidak berkurang karena sikap sopan-santun...
Ucapan penolakan dari sebuah penerbit di Cina yang
mengembalikan naskah kepada pengarangnya:
"Kami telah membaca dengan teliti naskah Anda dengan senang
sekali. Namun demikian kami takut, bahwa jika kami
menerbitkan naskah Anda yang terkenal ini, kami tidak
mungkin lagi untuk menerbitkan naskah lain yang tidak
mencapai mutu yang sama. Dan kami tidak dapat membayangkan
bagaimana naskah-naskah lain akan mencapai mutu yang sama
selama kurun waktu seratus tahun yang akan datang. Karena
itu, dengan sangat menyesal, kami terpaksa mengembalikan
karangan Anda yang luar biasa ini. Dan kami mohon kesediaan
Anda untuk memaafkan kedangkalan pandangan dan
ketidakberanian kami."
PERINTIS ILMU
Sesudah bertahun-tahun bekerja, seorang perintis ilmu
menemukan seni membuat api. Ia membawa alat-alatnya menuju
ke daerah utara yang penuh salju dan mengajar kepada suku di
sana seni membuat api itu-dan keuntungan-keuntungannya.
Orang menjadi begitu senang akan hal baru ini, hingga mereka
tidak berpikir untuk berterimakasih kepada si penemu, yang
pada suatu hari dengan diam-diam pergi.
Karena ia itu salah satu orang istimewa yang memiliki
kebesaran, maka ia tidak punya keinginan diperingati atau
dihormati. Yang dicari melulu kepuasan karena tahu bahwa ada
orang yang diuntungkan oleh penemuannya.
Suku kedua yang dikunjunginya, sama besar keinginannya untuk
belajar seperti suku yang pertama. Tetapi imam-imam setempat
karena iri hati terhadap orang baru yang menguasai umat,
telah membunuh dia. Untuk menyingkirkan semua dugaan tentang
kejahatan itu, mereka membuat gambar Sang Penemu Agung, yang
di pasang pada altar besar di dalam kuil, dan ditetapkan
suatu upacara, hingga namanya akan dihormati dan kenangannya
tetap hidup. Perhatian besar dicurahkan, agar tidak satu
peraturan upacara pun akan diubah atau dilewatkan. Alat
untuk membuat api disimpan dalam peti dan dikatakan memberi
kesembuhan kepada semua yang menyentuhnya dengan penuh
kepercayaan.
Imam Agung sendiri mengambil tugas untuk menyusun sebuah
buku tentang riwayat Hidup Sang Penemu. Dalam buku suci ini
kelembutannya yang penuh cinta disajikan sebagai teladan
untuk ditiru oleh semua, perbuatan-perbuatan agungnya
dipuji, kodratnya yang melebihi manusia dijadikan syahadat
iman. Para imam menjaga, agar Buku suci diwariskan kepada
generasi mendatang, sedang dengan kuasa ditafsirkan arti
kata-kata dan makna hidup dan perbuatannya yang suci. Dan
tanpa ampun mereka menghukum mati atau mengucilkan orang
yang menyimpang dari ajaran mereka. Terpancang pada
tugas-tugas agama tadi, rakyat pun lupa sama sekali akan
seni membuat api.
PUTRA SEORANG RABBI MENJADI KRISTEN
Rabbi Abraham hidup sebagai teladan. Dan ketika tiba
waktunya, ia meninggalkan dunia ini, diiringi puji berkat
jemaahnya, yang telah menganggap dia sebagai orang suci dan
sumber penyebab utama semua berkat, yang mereka terima dari
Tuhan.
Tidak lain di seberang sana, sebab para malaikat keluarga
menyongsong dia dengan sambutan puji-pujian. Selama pesta
itu rabbi nampak menunduk dan sedih. Ia memegang kepala di
tangannya dan tidak mau dihibur. Ia akhirnya dibawa di
hadapan Tahta Pengadilan, di mana ia merasa diliputi
Cintakasih agung yang tanpa batas dan ia mendengar Suara
lembut-mesra tiada taranya berkata, "Apakah yang membuat
engkau sedih, putraku?"
"Tuhan Yang Tersuci," jawab rabbi, "Aku tidak layak akan
semua kehormatan, yang dilimpahkan padaku ini. Meski aku
dianggap teladan bagi umat, tentu ada sesuatu yang keliru di
dalam hidupku, sebab anakku tunggal, tak perduli teladan dan
ajaranku, meninggakan kepercayaan kami dan menjadi seorang
Kristen."
"Jangan ini merisaukan engkau, anakku. Aku tahu betul
bagaimana perasaanmu, sebab aku punya anak, yang berbuat hal
yang sama."
RABBI YANG MELAYANI SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Inilah intrik jemaah untuk mengetahui ketidakmunculan
rabbinya setiap minggu pada malam sabat. Mereka menyangka
bahwa rabbi sedang mengadakan pertemuan dengan Yang
Mahakuasa secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka
menugaskan salah seorang dari mereka untuk mengikutinya.
Inilah yang dilihat petugas itu: sang rabbi menyamar dengan
pakaian petani dan melayani seorang wanita kafir yang lumpuh
di rumahnya, membersihkan kamar dan menyiapkan makanan
untuknya di hari sabat.
Ketika mata-mata itu kembali, jemaah bertanya, "Ke mana
rabbi pergi? Apakah dia naik ke surga?"
"Tidak," jawab orang itu, "Ia pergi bahkan lebih tinggi."
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar