Doa Sang Katak
"LIHAT, SIAPA YANG MENGANGGAP DIRI SEORANG PENDOSA!"
Pada suatu hari seorang uskup berlutut di hadapan altar,
dalam perasaan hati berkobar, ia mulai memukul-mukul dada
dan berseru: "Aku seorang pendosa, kasihanilah aku. Aku
seorang pendosa, kasihanilah aku!"
Imam setempat, tergerak oleh contoh rendah hati, berlutut di
samping uskup dan mulai memukul-mukul dada dan berkata: "Aku
seorang pendosa, kasihanilah aku! Aku seorang pendosa,
kasihanilah aku!"
Koster, yang kebetulan ada di gereja di waktu itu begitu
terharu, ia tidak dapat menahan diri. Ia juga berlutut,
memukul-mukul dada dan berseru: "Aku seorang pendosa,
kasihanilah aku!"
Di sini uskup menyentuh imam, dan menunjuk kepada koster,
berkata dengan senyum. "Lihat, siapa yang menganggap diri
seorang pendosa."
PESAWAT PEMBURU
Pengandaian:
Serombongan pemburu menyewa pesawat untuk menerbangkan
mereka ke daerah hutan. Dua minggu kemudian pilot datang
untuk menjemput mereka. Ia mengamati binatang yang mereka
tembak dan berkata: "Pesawat ini tidak akan membawa lebih
dari satu kerbau liar. Kamu harus meninggalkan yang lain."
"Tetapi tahun lalu pilot mengizinkan kami membawa dua dalam
pesawat seperti ini," protes para pemburu.
Pilot meragukannya, tetapi akhirnya berkata: "Ya, kalau kamu
melakukan itu tahun lalu, kami kira, kami bisa melakukannya
lagi."
Maka pesawat lepas landas dengan tiga orang dan dua kerbau.
Tetapi tidak dapat naik tinggi dan membentur pada bukit
terdekat. Seorang pemburu berkata kepada yang lain: "Di mana
kiranya kami ini?" Yang lain memeriksa tempat sekitar dan
berkata: "Kupikir, kami kira-kira dua mil sebelah kiri dari
tempat kecelakaan kami tahun lalu."
PIKIRAN AKAN TUHAN DAN WANITA CANTIK
Imam setempat kerap dilihat bicara dengan wanita cantik yang
terkenal sebagai perempuan jalang - dan di muka umum lagi,
menjadi batu sandungan bagi umatnya.
Ia dipanggil oleh uskupnya dan mendapat marah besar. Ketika
uskup sudah selesai, imam berkata: "Bapa uskup, Aku selalu
berpikir, bahwa lebih baik berbicara kepada wanita cantik
dengan gagasan tertuju kepada Tuhan daripada berdoa kepada
Tuhan, dengan pikiran tertuju kepada wanita cantik."
Kalau rahib masuk kedai minuman kedai itu menjadi
pertapaannya. Kalau pemabuk masuk pertapaan, pertapaan
menjadi kedai minumannya.
GESSEN, RAHIB YANG RAKUS
Gessen itu seorang rahib Budha. Tetapi ia juga seniman
berbakat ulung. Sebelum ia mulai dengan melukis ia selalu
menuntut bayaran di muka. Dan upah ini besar luar biasa.
Maka ia dikenal sebagai rahib rakus.
Seorang geisha memanggil dia untuk menggambar. Gessen
berkata: "Kamu mau membayar berapa?" Perempuan itu kebetulan
melayani kekasih kaya di waktu itu. Ia berkata: "Apa saja
yang kamu minta. Tetapi lukisan harus dibuat sekarang di
hadapanku."
Gessen segera mulai bekerja dan ketika lukisan sudah
selesai, ia menuntut bayaran paling tinggi yang pernah ia
minta. Ketika Geisha itu memberikan uangnya, ia berkata
kepada kekasihnya. "Orang ini dianggap seorang rahib, tetapi
yang dipikirkan hanya uang. Bakatnya memang luar biasa,
tetapi pikirannya itu kotor, mata-duitan. Bagaimana orang
memamerkan lukisan orang berpikiran kotor seperti itu?
Karyanya itu baik untuk pakaian dalam bagiku."
Dengan itu ia melemparkan rok dalam kepadanya dan meminta
untuk menggambarkan lukisan padanya. Gessen bertanya seperti
biasa sebelum ia mulai dengan karyanya. "Kamu akan memberi
aku upah berapa?" "Oh, sebanyak yang kamu inginkan," kata
wanita itu. Gessen menyebut harganya, menggambarkan lukisan,
tanpa malu mengantongi uangnya, dan pergi.
Bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang menemukan
mengapa Gessen begitu rakus mengumpulkan uang. Bahaya
kelaparan kerap menimpa daerahnya. Orang kaya tidak perduli
menolong yang miskin. Maka Gessen menyuruh membangun
lumbung-lumbung rahasia di daerah itu dan mengisinya dengan
gandum bagi keadaan darurat. Tidak ada orang tahu, gandum
datang dari mana atau siapa penderma bagi wilayah itu.
Alasan lain, mengapa Gessen menginginkan uang itu: jalan
dari desanya menuju kota yang puluhan kilometer jauhnya.
Jalan itu dalam keadaan begitu jelek, hingga gerobag tidak
bisa berjalan di sana; hal ini menimbulkan banyak derita
bagi yang tua dan yang sakit, kalau mereka perlu pergi ke
kota. Maka Gessen menyuruh memperbaiki jalan.
Alasan terakhir adalah kuil untuk bermeditasi, yang selalu
dicita-citakan oleh guru Gessen, tetapi tidak dapat ia
laksanakan. Gessen membangun kuil itu sebagai tanda
terimakasih kepada guru yang dihormatinya.
Sesudah rahib rakus itu selesai membangun jalan, kuil dan
lumbung-lumbung, ia membuang cat dan kuas, kembali ke
gunung-gunung, untuk masuk dalam hidup berkontemplasi dan ia
tidak melukis lagi.
Perbuatan seseorang pada umumnya menunjukkan apa yang mau
ditafsirkan oleh pengamat.
RAJA ADA DI FIRDAUS
Seorang raja mimpi, bahwa ia melihat raja di firdaus, dan
seorang imam di neraka. Ia heran, bagaimana ini bisa: lalu
ia mendengar suara berkata, "Raja ada di firdaus, karena ia
menghormati para Imam. Imam ada di neraka, karena ia
berkompromi dengan para raja."
TIGA ORANG BIJAK
Tiga orang bijak menempuh perjalanan jauh, sebab meskipun
mereka itu dianggap bijak di negara sendiri, mereka cukup
rendah hati untuk berharap, bahwa perjalanan akan memperluas
pikiran mereka.
Mereka baru saja melangkah ke perbatasan masuk negara
tetangga ketika mereka melihat gedung cakar-langit di
kejauhan. Apa kiranya benda dahsyat hebat ini, mereka
bertanya pada dirinya. Jawaban yang tepat tentunya: Datang
dan selidikilah benda itu apa. Tetapi tidak, mungkin itu
terlalu berbahaya. Seandainya itu sesuatu yang meletus kalau
orang mendekat? Maka jauh lebih bijaksana menentukan dulu
apa itu sebelum menyelidikinya. Berbagai pandangan diajukan,
diuji dan, atas dasar pengalaman mereka yang sudah-sudah,
ditolak. Akhirnya diputuskan, juga atas dasar pengalaman
masa silam, yang mereka miliki bertumpah-ruah, bahwa benda
tersebut, entah apa jenisnya, itu hanya bisa ditempatkan di
sana oleh kawanan raksasa.
Ini membawa mereka pada kesimpulan, bahwa lebih aman mereka
menyingkiri tanah itu sama sekali, maka mereka pulang
kembali setelah menambahkan sesuatu pada khasanah pengalaman
mereka.
Renungan;
Pengandaian itu mempengaruhi Penelitian. Penelitian
menghasikan Keyakinan. Keyakinan menimbulkan Pengalaman.
Pengalaman membuahkan Tindakan, yang, pada gilirannya,
menguatkan pengandaian.
TUHAN YANG MELUPAKAN DOSA-DOSA
Seorang nenek tua di desa diceritakan kerap memperoleh
penampakan dari Tuhan. Imam setempat minta bukti
kesungguhannya. "Kalau Tuhan nanti menampakkan diri lagi
padanya," katanya, "tanyakanlah pada-Nya dosa-dosaku, yang
hanya diketahui Dia. Itu akan menjadi bukti cukup."
Wanita itu kembali sebulan kemudian dan imam bertanya, apa
Tuhan sudah menampakkan diri lagi. Wanita berkata sudah.
"Apa pertanyaan itu kamu ajukan pada-Nya?"
"Ya, sudah."
"Dan apa jawabannya?"
"Ia berkata: "Katakan pada imammu, aku sudah lupa dosanya."
Apakah mungkin bahwa semua dosa mengerikan yang pernah kamu
lakukan itu sudah dilupakan oleh semua orang - kecuali oleh
kamu sendiri?
AYAH SI KORBAN
... tetapi selalu ada risiko.
Kecelakaan mobil terjadi di sebuah kota kecil. Banyak orang
mengerumuni korban sehingga wartawan surat kabar tidak dapat
menerobos untuk melihat korban dari dekat.
Ia mendapatkan ide. "Saya ayah korban!" ia berseru. "Saya
minta jalan."
Kerumunan itu membiarkan dia lewat, sehingga ia dapat
memotret korban kecelakaan itu dan menemukan, yang membuat
dia malu, bahwa korbannya adalah keledai.
BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN CAWAT
Bagaimana organisasi rohani berkembang:
Guru amat terkesan oleh kemajuan rohani seorang dari
muridnya, hingga, karena dianggap tidak membutuhkan
bimbingan lagi, ia meninggalkannya sendirian di pinggir
sungai.
Setiap pagi setelah pembasuhan diri, si murid menggantungkan
cawatnya di luar untuk dijemur. Itu milik satu-satunya.
Suatu hari ia kecewa melihat cawatnya koyak tercabik-cabik
oleh tikus. Maka ia terpaksa meminta-minta sebuah cawat
sebagai ganti dari penghuni desa. Ketika cawat yang satu ini
lagi juga dilubangi oleh tikus-tikus ia memelihara seekor
kucing. Ia tidak lagi diganggu tikus, tetapi sekarang,
kecuali meminta-minta untuk makan sendiri, ia juga harus
meminta-minta susu untuk kucingnya.
"Terlalu banyak kerja dengan minta-minta," pikirnya, "dan
terlalu membebani penghuni desa. Aku akan memelihara lembu."
Ketika mendapat lembu, ia harus minta jerami. "Lebih mudah
mengerjakan tanah di sekitar gubug," pikirnya. Tetapi
ternyata ini repot juga, karena hanya tinggal sedikit waktu
untuk bermeditasi. Maka ia mempekerjakan buruh untuk
menggarap tanahnya. Sekarang mengawasi para buruh menjadi
tugasnya, maka ia mengambil seorang istri, yang membagi
tugas ini dengan dia. Tidak lama kemudian, tentu saja, ia
menjadi salah seorang yang terkaya di desa.
Bertahun-tahun kemudian Guru kebetulan lewat dan heran
melihat kediaman seperti istana, di mana dulu ada gubug. Ia
berkata kepada salah seorang hamba: "Apakah ini dulu bukan
tempat tinggal seorang muridku?"
Sebelum mendapat jawaban, murid sendiri muncul. "Apa arti
semuanya ini, anakku?" tanya sang Guru.
"Tuan tidak mau percaya akan hal ini." kata orang itu.
"Tetapi memang tidak ada jalan lain untuk mempertahankan
cawatku."
KEINGINAN RABBI EKUMENIS
Di Belfast, Irlandia, Imam Katolik, Pendeta Protestan dan
rabbi Yahudi, terlibat dalam debat teologi sengit. Tiba-tiba
malaikat nampak di antara mereka dan berkata: "Tuhan
menyampaikan berkat. Ajukanlah satu permohonan damai dan
permohonan itu akan dikabulkan oleh Yang Mahakuasa."
Pendeta berkata: "Biar semua orang Katolik lenyap dari pulau
indah ini. Lalu damai akan berkuasa."
Imam berkata: "Jangan ada satu orang Protestan tinggal di
bumi suci Irlandia ini. Ini akan mendatangkan damai kepada
pulau ini."
"Dan bagaimana engkau rabbi?" kata malaikat, "Apa engkau
tidak punya permohonan sendiri?"
"Tidak," kata rabbi. "Perhatikan permohonan dua tuan ini
saja dan aku akan senang sekali!"
--o000o--
Anak putra kecil: "Apakah Kristen Baptis agamamu?"
Anak putri kecil: "Tidak, kami ikut pro-setan lain."
MARIA INGIN MENJADI WANITA P
Ketika Suster menanyai para murid di kelasnya, mereka mau
menjadi apa, kalau nanti besar, si Tonny kecil berkata,
bahwa ia ingin jadi pilot. Elsi berkata, ia ingin menjadi
dokter. Bobby menggembirakan Suster, karena ia ingin menjadi
imam. Lalu Maria berdiri dan menyatakan, ia ingin menjadi
wanita P.
"Apa katamu, Maria?"
"Kalau aku menjadi besar," kata Maria, dengan nada ia tahu
betul, apa yang ia maksud, "Aku ingin menjadi wanita P."
Suster terkejut bukan main. Maria terus diamankan dipisah
dari anak-anak yang lain dan dibawa menghadap pastor paroki.
Pastor diberi tahu masalahnya panjang lebar, tetapi ia ingin
mengecek itu pada si salah. "Ceritakan dengan katamu
sendiri, Maria!"
"Yah," kata Maria, agak malu-malu karena ribut-ribut tadi.
"Suster bertanya, aku ingin jadi apa kalau nanti besar dan
aku berkata ingin jadi wanita P."
"Wanita P. maksudnya pelacur?" tanya Pastor meneliti lagi.
"Ya Pelacur."
"Oh sokur! Lega, aku! Kami semua kira, engkau berkata,
engkau mau jadi P, Protestan!"
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar