Check out the Latest Articles:

Selasa, 19 April 2011

SATIPATTHANA – EMPAT PERHATIAN KESADARAN - Terjemahan buku Wisdom of Silence - Ajahn Brahm

SATIPATTHANA – EMPAT PERHATIAN KESADARAN

Dewasa ini semakin banyak guru-guru Buddhis yang membicarakan praktik latihan Satipatthana daripada praktik latihan meditasi lainnya... kecuali oleh bhikkhu yang satu ini! Jadi di dalam artikel Dhamma ini saya akan mengikuti tren dengan menyajikan sejumlah pengamatan praktik atas ajaran Buddha yang paling banyak disalahmengertikan.

Bagi kamu yang telah “duduk malas tanpa tujuan” di pusat meditasi selama beberapa saat, mungkin telah pernah mendengar beberapa guru menyatakan bahwa empat “Perhatian Kesadaran” – terjemahan dari “Satipatthana” – [Terjemahan lain : Empat Landasan Perhatian] merupakan “satu dan satu satunya jalan” dalam tujuan mencapai Pencerahan penuh! Walaupun terkesan seperti nada promosi yang mengesankan untuk ajaran tersebut,itu bukanlah sebuah terjemahan yang dari naskah aslinya, juga tidak konsisten dengan apa yang Buddha utarakan di bagian lain. Ungkapan (“Ekayana Magga”) yang disalahterjemahkan sebagai “satu dan satu-satunya jalan” terjadi lagi di sutta ke-12 pada koleksi Majjhima yang dengan jelas berarti sebuah “jalan yang hanya memiliki satu tujuan.” Banyak jalan berbeda dapat mencapai satu tujuan yang sama. Kenyataannya “satu dan satu-satunya jalan” adalah uraian Buddha, bukan untuk Satipatthana, tetapi untuk Jalan Mulia Berunsur Delapan:

“Dari semua jalan, Jalan Mulia Berunsur Delapanlah yang terbaik.
Inilah satu-satunya jalan, tidak ada jalan lain untuk kemurnian pengetahuan”

Ayat Dhammapada 273 dan 274 (ringkasan)

Dengan demikian, “satu-satunya jalan” menuju Pencerahan, sebagaimana semua umat Buddha seharusnya tahu, adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Empat Perhatian Kesadaran hanya mencakup satu bagian dari jalan ini, yaitu faktor ketujuh. Jhana adalah faktor kedelapan dan ada juga Pandangan Benar, Pikiran Benar, Usaha Benar dan 3 faktor Sila. Setiap faktor dari kedelapan faktor ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan Pencerahan penuh. Jika ini berlebihan, tentu saja Buddha hanya akan mengajarkan tujuh jalan atau enam jalan saja dan seterusnya. Maka, dalam mempraktikkan ajaran Buddha, ingatlah selalu bahwa kedelapan faktor dari Jalan Mulia Berunsur Delapan harus selalu dipraktikkan sebagai “satu dan satu-satunya jalan”.

Metode empat Perhatian Kesadaran yang diajarkan oleh Buddha merupakan praktik yang sangat lanjut. Demikian lanjutnya, sehingga Buddha menuturkan, bahwa siapapun yang mengembangkan jalan ini sesuai dengan cara yang diajarkan-Nya, hanya dalam tujuh hari mereka akan mencapai Pencerahan penuh atau Tataran Tidak Kembali lagi. Banyak meditator yang membaca hal ini mungkin telah pernah mengikuti retret selama sembilan hari atau bahkan lebih lama tetapi belum tercerahkan penuh seperti yang Buddha janjikan. Mengapa demikian? Karena saya yakin kamu belum mengikuti instruksi Buddha sepenuhnya.

Jika kamu ingin mempraktikkan empat Perhatian Kesadaran dengan cara yang yang dikatakan Buddha dapat membimbingmu menuju Pencerahan dengan pesat, maka ada hal-hal tertentu yang harus dipersiapkan sebelum kamu memulainya. Pendek kata, persiapan persiapan utama adalah pengembangan sepenuhnya ketujuh faktor lain dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Atau sebagaimana yang diutarakan oleh Sang Buddha dalam koleksi Anguttara (9:Sutta 63-64), seseorang seharusnya menjaga Lima Sila (lebih lama lebih baik), mengatasi Lima Rintangan [nafsu indriawi, kemauan jahat, kemalasan dan kelambanan, kegelisahan dan keragu-raguan], kemudian mempraktikkan Satipatthana.

Prasyarat penting ini sebenarnya diutarakan oleh Buddha dalam dua ceramah-Nya mengenai empat Perhatian Kesadaran, yaitu “Vineyya Loke Abhijjha-Domanassam” (izinkan saya mengutip dalam bahasa Pali. Inilah satu-satunya jalan untuk menekankan pentingnya hal ini). Ungkapan ini biasanya diterjemahkan sebagai “telah melenyapkan keinginan dan kesedihan duniawi” atau sejenisnya. Meditator merasa terjemahan tersebut kurang berarti, sehingga mengabaikan instruksinya sama sekali dan merekapun ketinggalan bus! Pada masa kehidupan Buddha, para bhikkhu, bhikkhuni dan pengikut-pengikut awam akan telah memahami ungkapan yang berarti “telah mematahkan Lima Rintangan!” dari komentar-komentar agung dalam dua Satipatthana Sutta yang diajarkan oleh Buddha, dimana di dalam keduanya diutarakan dengan jelas bahwa “Abhijja-Domanassam” (maaf, lagi-lagi bahasa Pali!) secara tepat merujuk pada Lima Rintangan. Pada bagian lain dari catatan mengenai ajaran Buddha, “Abhijjha” adalah padanan kata untuk rintangan pertama, “Domanassam” merupakan padanan kata untuk rintangan kedua dan mereka berdiri bersama dalam idiom bahasa Pali, sebagai penyingkatan dari kelima rintangan tersebut. Ini berarti Lima Rintangan harus dipatahkan terlebih dahulu sebelum memulai salah satu dari praktik Perhatian Kesadaran. Menurut pendapat saya yang kurang begitu enak kedengarannya, ini persis karena meditator mencoba untuk mempraktikkan metode Satipatthana dengan beberapa rintangan yang masih tersisa dalam diri mereka, sehingga mereka tidak mencapai hasil yang luar biasa atau tahan lama.

Inilah fungsi dari praktik Jhana, faktor tertinggi dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, mematahkan Lima Rintangan dalam waktu yang cukup lama sehingga bisa mencapai Pengetahuan Tertinggi. Sebagai contoh, dalam Sutta ke-68 (“Nalakapanna”) dalam koleksi Majjhima, Buddha menyatakan bahwa meditator yang tidak mencapai Jhana, Lima Rintangan berikut ketidakpuasan maupun jemu kelelahan menyerang pikiran dan meringkuk di dalamnya. Hanya ketika seseorang telah mencapai Jhana, Lima Rintangan berikut ketidakpuasan maupun jemu kelelahan tidak menyerang pikiran dan meringkuk, begitulah jalan yang dijelaskan oleh Buddha. Meditator manapun yang telah mengalami kedahsyatan Jhana akan tahu melalui pengalaman pengalamannya, apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti apa kondisi pikiran yang tanpa Rintangan-Rintangan itu.

Meditator yang belum mencapai Jhana tidak menyadari banyak bentuk halus yang ditunggangi oleh Rintangan-Rintangan. Mereka mungkin saja berpikir bahwa rintangan-rintangan telah teratasi tetapi mereka sebenarnya hanya tidak menyadarinya, jadi mereka tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari latihan meditasi yang mereka jalankan. Inilah mengapa praktik Samatha, yang mengembangkan Jhana merupakan bagian dari pengajaran Satipatthana dan tidaklah tepat bila menyebut Satipatthana sebagai “Vipassana murni”. Bahkan guru saya, Ajahn Chah berulang kali mengatakan bahwa Samatha dan Vipassana, “ketenangan dan pengetahuan”, selalu berjalan seiring dan tidak dapat dipisahkan ibarat dua sisi dari sekeping koin yang sama.

Setelah dengan tekun menyelesaikan persiapan persiapan yang diperlukan, meditator mempertahankan perhatian mereka pada salah satu dari empat kesadaran: badan jasmani, kesenangan dan penderitaan yang dihasilkan setiap indra, kesadaran pikiran, dan yang keempat, objek pikiran. Ketika rintangan-rintangan telah dipatahkan dan seseorang dapat mempertahankan perhatian kuat dan penembusan terhadap empat objek ini, hanya pada kondisi inilah kita mungkin bisa menyadari kedalaman batin, jauh lebih dalam daripada selubung pemikiran intelek, yang telah kita asumsikan dengan adanya Diri. Kita telah mengasumsikan bahwa badan jasmani ini “Aku” atau “Milikku”, bahwa kesenangan dan penderitaan ada hubungannya denganku, bahwa pikiran yang mengamati itu adalah Jiwa kita atau sejenisnya, dan bahwa objek pikiran seperti pemikiran atau kemauan (“si pemilih”) adalah sebuah Diri, Aku atau Milikku. Pendek kata, tujuan dari empat Perhatian Kesadaran adalah untuk menginstruksikan apa yang harus dilakukan ketika seseorang telah bangkit dari Jhana, untuk menyingkap secara mendalam kebodohan yang tersamar dalam sesosok Jiwa dan kemudian mengetahui apa yang disadari oleh Buddha, Kebenaran tentang Anatta.

Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi ini dapat dilakukan dan hanya membutuhkan waktu tujuh hari saja untuk menyelesaikannya. Itu jika seseorang mengikuti instruksi Buddha, mengikutinya dan tidak mengambil jalan pintas.


Semoga Semua Makhluk Berbahagia,
Elin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar