Doa Sang Katak
PENJAGA YANG BERANI
Seorang calon perwira diserahi tugas untuk menjaga jalan
masuk ke tangsi dan diberi perintah untuk tidak membiarkan
mobil masuk, kalau mobil itu tidak membawa tanda khusus.
Ia menghentikan mobil yang ditumpangi oleh seorang jendral
yang mengatakan kepada sopirnya untuk tidak mempedulikan
penjaga dan terus melarikan mobilnya. Karena itu tentara itu
maju dengan senjata siap ditembakkan dan dengan tenang
berkata, "Maaf bapak, ini baru bagi saya. Siapa yang saya
tembak? Bapak atau sopir?"
Engkau mencapai kebesaran kalau engkau tidak dirisaukan oleh
kedudukan orang-orang yang ada di atasmu dan kalau engkau
membuat orang-orang yang berada di bawahmu tidak merisaukan
kedudukanmu. Kalau engkau tidak sombong terhadap orang-orang
yang rendah dan tidak rendah dengan orang-orang yang
sombong.
PERBEDAAN DALAM TULANG
Plutaricus menceritakan kisah Aleksander Agung yang berjumpa
dengan Diogenes yang sedang memperhatikan setumpuk tulang
manusia.
"Apa yang sedang kau amati," tanya Aleksander.
"Sesuatu yang tidak dapat saya temukan," jawab filsuf itu.
"Apa itu?"
"Perbedaan antara tulang ayahmu dan tulang budak-budaknya. "
Hal-hal ini sama tidak-terbedakannya: tulang Katolik dengan
tulang Protestan. Tulang Hindu dan tulang Islam. Tulang Arab
dan tulang Israel, tulang Rusia dan tulang Amerika.
Orang-orang yang menerima penerangan batin tidak melihat
perbedaannya bahkan kalau tulang-tulang itu ada dagingnya.
MEMPERCAYAI KELEDAI
Seorang tetangga datang untuk meminjam keledai Nasruddin.
"Keledai sedang dipinjam," kata Nasruddin.
Pada saat itu binatang itu meringkik dari kandangnya.
"Tetapi saya dengar ringkikannya," kata tetangga itu. "Jadi
siapa yang kaupercaya, keledai atau saya?"
PERLOMBAAN KERETA
Beberapa serdadu di India selatan sedang pulang ke rumah
naik kereta. Di depan mereka melihat kereta lain ditumpangi
beberapa pelaut.
Dalam beberapa saat saja persaingan antara kedua pihak
berubah menjadi balapan kereta. Pada mulanya pengendali
kereta yang ditumpangi menang.
Ketika sedang melihat ke belakang untuk memastikan
kemenangan, mereka terkejut karena melihat bahwa musuh
mereka mendahului mereka dengan kencang. Mereka lebih
terkejut lagi ketika melihat bahwa pengendali kereta mereka
duduk dan bersorak keras untuk pengendali kereta lain yang
telah mendahuluinya.
Orang-orang yang sudah mengalami penerangan batin lebih
senang merasa bahagia daripada menang
PERUBAHAN DALAM UNDANGAN PERKAWINAN
Seorang wanita muda menilpun suatu percetakan. "Apakah anda
ingat kartu pernikahan yang saya pesan minggu yang lalu.
Saya tidak tahu apakah sekarang sudah terlambat untuk
membuat beberapa perubahan."
"Katakan perubahan-perubahan itu nona, dan saya akan
melihatnya," kata pemilik percetakan itu.
"Baiklah. Waktunya lain, gerejanya lain, calon suami juga
lain."
Sungguh mustahil dapat bahagia menikah dengan orang lain,
kalau ia tidak pertama-tama bercerai dengan dirinya sendiri.
PETAPA DAN GAJAH
Pada suatu ketika adalah seorang raja di India yang
mempunyai seekor gajah yang mengamuk. Gajah itu berkeliaran
dari desa ke desa sambil menghancurkan segala sesuatu yang
ia jumpai dan tidak seorang pun berani mengganggunya, karena
gajah itu milik raja.
Pada suatu hari seorang yang menyebut diri petapa akan
berangkat dari suatu desa. Orang-orang di desa itu
mencegahnya karena gajah itu tampak di jalan dan menyerang
orang-orang yang lewat.
Orang itu bergembira karena sekarang ia mendapat kesempatan
untuk menunjukkan kebijaksanaannya yang lebih unggul, karena
ia baru saja kembali dari belajar pada seorang guru yang
mengajarnya untuk melihat Rama dalam segala sesuatu. "Oh,
kalian orang bodoh yang malang!" katanya, "Apakah kalian
sama sekali tidak mempunyai pemahaman mengenai hal-hal
rohani? Belum pernahkah kalian diberitahu bahwa kita harus
melihat Rama dalam setiap orang dan dalam segala sesuatu dan
bahwa semua yang berbuat demikian akan memperoleh
perlindungan dari Rama? Biarlah saya pergi. Saya tidak takut
akan gajah."
Orang-orang berpikir bahwa orang ini rohani begitu sama
seperti gajah itu - begitu gila. Mereka tahu, tidak ada
gunanya berbantah dengan seorang suci. Maka ia mereka
biarkan pergi. Ia belum sampai ke jalan ketika gajah itu
lari ke arahnya, mengangkatnya dengan belalainya dan
memukulkannya pada sebatang pohon. Orang itu mulai berteriak
kesakitan. Untunglah pada saat yang genting itu
pengawal-pengawal raja datang, menangkap gajah itu sebelum
ia membunuh petapa yang dipermalukan itu.
Orang itu sembuh sesudah waktu yang lama. Ia mulai bepergian
lagi. Ia langsung menjumpai gurunya dan berkata, "Pengajaran
yang engkau berikan kepadaku keliru. Engkau menyuruh saya
untuk melihat segala sesuatu diresapi oleh Rama. Persis
itulah yang saya lakukan dan engkau lihat apa yang terjadi?"
Guru itu berkata, "Engkau begitu bodoh! Mengapa engkau tidak
melihat Rama dalam diri orang-orang desa yang mengingatkanmu
akan gajah yang berbahaya itu?"
KEMATIAN SEORANG PILOT KAMIKAZE
Kenji adalah seorang pilot kamikaze Jepang. Ia sudah siap
mati demi tanah airnya. Akan tetapi perang berhenti lebih
cepat daripada yang diperkirakan sehingga ia tidak mendapat
kesempatan untuk mati secara mulia. Oleh karena itu ia
menjadi tertekan. Semangat hidupnya hilang sama sekali dan
ia berjalan mengelilingi kota tanpa gairah dan tanpa tahu
apa yang akan dibuatnya.
Pada suatu hari ia diberitahu bahwa ada seorang penjahat
yang menyandera seorang wanita tua di apartemennya yang
terletak pada tingkat dua suatu gedung. Polisi takut untuk
masuk ke dalam karena penjahat itu bersenjata dan dikenal
berbahaya.
Kenji menerobos masuk ke dalam gedung itu dan menyuruh
penjahat itu melepaskan wanita sanderanya. Terjadilah
perkelahian dengan pisau. Kenji berhasil membunuh penjahat
itu akan tetapi ia sendiri menderita luka parah. Beberapa
waktu kemudian ia meninggal di rumah sakit dengan senyum
bangga di bibirnya. Keinginannya untuk mati secara berguna
sudah dikabulkan.
Hanya orang-orang yang melakukan Yang Baik yang tidak
mempunyai lagi rasa takut untuk mati.
POLISI DAN RABBI
Pada suatu ketika adalah seorang rabbi yang hidup di suatu
desa di padang Rusia. Setiap pagi, selama dua puluh tahun,
ia menyeberangi lapangan desa untuk berdoa di sinagoga dan
setiap pagi ia diamat-amati oleh seorang polisi yang
membenci orang-orang Yahudi.
Akhirnya, pada suatu pagi polisi itu mendatangi rabbi dan
bertanya ke mana ia akan pergi.
"Saya tidak tahu," jawab rabbi itu.
"Apa maksudmu? Engkau tidak tahu ke mana engkau mau pergi?
Selama dua puluh tahun saya selalu melihatmu pergi ke
sinagoga di seberang lapangan itu, dan sekarang engkau
mengatakan tidak tahu mau pergi ke mane? Saya akan memberi
pelajaran kepadamu!"
Rabbi tua itu ditarik jenggotnya dan diseret ke penjara.
Ketika polisi itu mau mengunci pintu sel penjara, rabbi itu
memandangnya dan dengan mata bersinar, "Lihat, apa yang saya
maksudkan ketika saya tadi berkata 'saya tidak tahu'?"
POLITIK BURUNG HANTU
Seekor kelabang minta nasihat burung hantu mengenai sakit
yang dirasakan pada kakinya.
Kata si burung hantu, "Kakimu terlalu banyak! Seandainya
engkau menjadi seekor tikus, engkau hanya mempunyai empat
kaki dan rasa sakitnya hanya seperdua puluh empat."
"Gagasan yang baik sekali," kata si kelabang. "Tunjukkan
kepada saya cara untuk menjadi tikus."
"Jangan merepotkan saya dengan detail-detail pelaksanaan,"
kata burung hantu itu. "Saya hanya membuat kebijaksanaan di
sini."
PUTERA MAHKOTA YANG PANDIR
Karena Putra Mahkota kurang pandai, Raja mempekerjakan
seorang guru pribadi yang khusus buatnya. Pelajaran mulai
dengan penjelasan yang teliti mengenai dalil pertama Euclid.
"Apakah sudah jelas, Sri Paduka?" tanya sang guru.
"Belum," kata Putra Mahkota.
Lalu sang guru mengulangi lagi menjelaskan dalil itu.
"Apakah sekarang sudah jelas?"
"Belum," kata Putra Mahkota.
Sekali lagi sang guru menjelaskan dalil tadi - tanpa hasil.
Sesudah sepuluh kali ia menjelaskan dan Putra Mahkota itu
tetap saja belum menangkap dalil itu, guru yang malang itu
menangis. "Percayalah pada saya Baginda," tangisnya, "Dalil
ini benar dan inilah cara dalil itu dibuktikan. "
Mendengar itu Putra Mahkota berdiri dan berkata sambil
membungkuk hormat, "Guru, saya percaya penuh akan yang anda
katakan. Maka kalau anda menjelaskan bahwa dalil itu benar,
dengan sepenuh hati saya menerimanya. Satu-satunya yang saya
sesalkan, anda tidak meyakinkan saya lebih cepat, sehingga
kita dapat meneruskan dengan dalil yang kedua tanpa membuang
banyak waktu."
RABBI TIDAK MENCONTOH SIAPA PUN
Ketika seorang rabbi (= guru Yahudi) menggantikan ayahnya,
semua orang mulai mengatakan bahwa ia sama sekali tidak sama
dengan ayahnya dulu.
"Sebaliknya," kata rabbi muda itu. "Saya persis sama dengan
ayah saya. Ia tidak pernah meniru siapa pun. Saya tidak
meniru siapa pun."
Jadilah dirimu sendiri!
Berhati-hatilah kalau meniru tingkah laku orang besar kalau
engkau tidak mempunyai sikap batin yang mendorongnya untuk
bertindak.
RAJAWALI DAN AYAM
Karena satu dan lain hal sebutir telor burung rajawali
akhirnya sampai ke pojok suatu gudang tempat seekor ayam
sedang mengerami telur-telurnya. Pada waktunya telur burung
rajawali itu menetas bersama telur-telur ayam.
Waktu berlalu, anak rajawali itu dengan sendirinya mulai
mengalami kerinduan untuk terbang, dan berkata kepada
ibunya, sang ayam, "Kapan saya boleh belajar terbang?"
Ayam betina yang malang itu menyadari bahwa ia tidak dapat
terbang dan sama sekali tidak mempunyai gambaran mengenai
yang dilakukan oleh burung-burung dalam melatih terbang
anak-anak mereka. Namun ia malu mengakui ketidakmampuannya,
dan berkata, "Belum waktunya anakku. Saya akan mengajarimu
kalau engkau sudah siap."
Bulan demi bulan berlalu dan burung rajawali muda itu mulai
curiga, ibunya tidak dapat terbang. Namun ia tidak dapat
merasa bebas dan terbang sendiri, karena kerinduannya yang
besar untuk terbang sudah tercampur dengan rasa terima kasih
terhadap burung yang telah menetaskannya.
RYONEN SEORANG PETAPA BUDDHA
Ryonen, seorang petapa Buddha dilahirkan pada tahun 1779. Ia
adalah cucu Shingen, seorang prajurit terkenal. Ia dianggap
sebagai seorang yang tercantik di seluruh Jepang, sekaligus
seorang penyair berbakat besar. Maka sejak usia tujuh belas
tahun ia telah dipilih menjadi pelayan istana. Di situ
tumbuh dengan hangat rasa cintanya yang mendalam kepada Ratu
Putri. Ternyata Ratu Putri wafat secara mendadak. Ryonen
memperoleh pengalaman batin yang sangat mendalam: ia menjadi
benar-benar sadar bahwa segala sesuatu akan berlalu. Pada
saat itulah ia memutuskan untuk mempelajari Zen.
Akan tetapi keluarganya tidak mau tahu. Mereka memaksa
untuk menikah. Namun Ryonen menuntut agar mereka dan calon
suaminya berjanji, sesudah ia melahirkan tiga anak bagi
suaminya, ia bebas untuk menjadi petapa. Syarat ini
dipenuhi ketika ia berusia dua puluh lima tahun. Pada waktu
itu baik bujukan suaminya maupun semua hal lain di dunia
tidak dapat menghalanginya untuk melaksanakan ketetapan
hatinya. Ia mencukur rambutnya, mengambil nama Ryonen (yang
artinya memahami dengan jelas) dan mulai pencariannya.
Ia sampai ke kota Edo dan memohon kepada Guru Tetsugyu untuk
menjadi muridnya. Guru itu memandangnya sekilas dan
menolaknya karena ia terlalu cantik. Maka ia pergi ke Guru
yang lain yang bernama Hakuo. Ia ditolak dengan alasan yang
sama: kecantikannya, kata Guru itu, hanya akan menjadi
sumber masalah. Maka Ryonen membakar wajahnya dengan besi
panas dan dengan demikian merusakkan kecantikannya seumur
hidupnya. Ketika ia kembali menghadap Hakuo ia diterima
sebagai murid.
Untuk mengenang pengalaman itu Ryonen menulis sebuah puisi
di balik sebuah kaca kecil:
Sebagai hamba Ratu Putri
aku membakar dupa
untuk mengharumkan pakaianku yang indah
Sekarang sebagai pengemis tak berumah
aku membakar wajahku
untuk memasuki dunia Zen.
Ketika ia menyadari bahwa saatnya telah tiba untuk
meninggalkan dunia ini ia menulis puisi lagi:
Enam puluh kali mata ini telah memandang
keindahan musim gugur ...
Tak usahlah menginginkan lebih daripada itu.
Hanya dengarlah suara gemerisik
pohon-pohon cemara
saat angin tak berhembus.
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar