Doa Sang Katak
DILEMMA PRESIDEN TAFT
Presiden Amerika Serikat, William Howard Taft sedang santap
malam ketika putranya yang bungsu mengatakan sesuatu yang
tidak hormat mengenai ayahnya.
Semua orang terkejut atas keberanian anak itu dan seluruh
ruangan menjadi sangat sepi.
"Apakah bapak tidak akan menghukumnya?," tanya nyonya Taft.
"Kalau ucapan itu ditujukan kepada saya selaku ayah, jelas
ia akan dihukum," jawabnya. "Akan tetapi kalau ucapan itu
ditujukan kepada saya sebagai Presiden Amerika Serikat, anak
itu mempunyai hak yang dijamin oleh undang-undang."
Mengapa seorang ayah harus dikecualikan dari kritik yang
baik untuk seorang Presiden?
NASRUDDIN MENDINAMIT PUNGGUNGNYA
Tidak mungkin membantu orang lain tanpa membantu diri
sendiri, atau merugikan orang lain tanpa merugikan dirinya
sendiri.
Nasruddin sedang bersungut-sungut terhadap dirinya sendiri
ketika kawannya bertanya apa yang ia risaukan.
Nasruddin berkata, "Ahmad yang goblok itu selalu menabok
punggung saya setiap kali ia melihat saya. Maka hari ini
saya menaruh satu dinamit di bawah jaket saya. Kalau kali
ini ia menabok saya ia akan kehilangan tangannya!"
NONOKO DAN PENCURI
Nonoko adalah seorang Guru Zen tua yang hidup sendiri di
salah satu pondok di kaki sebuah gunung. Pada suatu malam
ketika ia sedang bermeditasi, masuklah seorang asing ke
dalam pondoknya sambil mengacungkan pedang ke arahnya,
meminta uangnya. Nonoko tidak menghentikan meditasinya
sementara ia berkata kepada orang itu: "Semua uang saya ada
di dalam mangkuk pada rak di atas sana. Ambillah semua yang
kauinginkan, tetapi sisakan lima yen untuk saya. Minggu
depan saya harus membayar pajak."
Orang asing itu mengambil semua uang yang ada di dalamnya
dan mengembalikan lagi lima yen ke dalamnya. Ia juga
mengambil jambangan yang sangat berharga yang terletak di
rak.
"Bawalah jambangan itu dengan hati-hati," kata Nonoko.
"Jambangan itu mudah pecah."
Orang asing itu sekali lagi melihat sekeliling ruangan kecil
yang kosong dan akan segera pergi.
"Engkau belum mengucapkan terima kasih," kata Nonoko.
Orang itu mengucapkan terima kasih dan pergi.
Hari berikutnya seluruh desa ribut. Banyak orang mengatakan
bahwa mereka dirampok. Seseorang melihat jambangan tidak ada
lagi pada rak di dalam pondok Nonoko dan bertanya apakah ia
pun menjadi kurban perampokan. "Tidak," kata Nonoko. "Saya
memberikan jambangan itu kepada seorang asing, dengan
sejumiah uang. Ia mengucapkan terima kasih kepada saya dan
pergi. Ia seorang yang menyenangkan, hanya sedikit sembrono
dengan pedangnya!"
ORANG MATI TIDAK BICARA
Mamiya menjadi seorang Guru Zen yang terkenal. Namun ia
harus belajar Zen melalui jalan yang sulit. Ketika ia masih
menjadi murid Gurunya minta kepadanya untuk menerangkan
suara satu tangan yang bertepuk.
Mamiya mengusahakan segala-galanya, sedikit makan dan tidur
supaya ia dapat memberikan jawaban yang benar. Akan tetapi
Gurunya tidak pernah merasa puas. Bahkan pada suatu hari ia
berkata kepadanya, "Engkau tidak cukup bekerja keras. Engkau
terlalu suka bersenang-senang; terlalu terikat kepada
hal-hal yang baik dalam hidup ini; bahkan terlalu ingin
menemukan jawaban secepat mungkin. Mungkin lebih baik kalau
engkau mati."
Saat lain ketika menghadap Gurunya, Mamiya melakukan sesuatu
yang mentakjubkan, ketika diminta untuk menerangkan suara
satu tangan yang bertepuk, ia menjatuhkan diri dan tinggal
diam seolah-olah ia sudah mati.
Kata Guru, "Baik. Jadi engkau mati. Tetapi bagaimana dengan
suara satu tangan yang bertepuk?"
Sambil membuka matanya, Mamiya menjawab, "Saya belum dapat
memecahkan masalah yang satu itu."
Mendengar itu Gurunya berteriak marah, "Tolol! Orang mati
tidak berbicara. Pergi!"
Mungkin engkau tidak mengalami penerangan batin, namun
sekurang-kurangnya engkau dapat konsisten.
ORANG SUCI MEMBERI MAKAN ANJING
Pada suatu ketika, adalah seorang suci yang hidup dalam
puncak pengalaman batin akan tetapi semua orang
menganggapnya gila. Pada suatu hari sesudah meminta-minta
makanan di desa, ia duduk di pinggir jalan dan mulai makan.
Ketika itu seekor anjing datang. Anjing itu memandanginya
dan kelihatan sangat lapar. Orang suci itu lalu memberi
makan anjing itu. Ia makan sepotong, lalu memberikan
sepotong kepada anjing itu, seolah-olah keduanya adalah
kawan lama. Dalam waktu sebentar saja orang banyak datang
mengelilingi keduanya dan melihat pemandangan yang aneh ini.
Salah seorang dari antara mereka mengejek orang suci itu. Ia
berkata kepada yang lain, "Apakah yang dapat kalian harapkan
dari orang segila ini, yang bahkan tidak dapat membedakan
manusia dari anjing?"
Orang suci itu menjawab, "Mengapa engkau tertawa? Tidakkah
kaulihat Vishnu yang duduk dengan Vishnu? Vishnu diberi
makan dan Vishnu yang memberi makan. Jadi mengapa engkau
tertawa, oh Vishnu?"
"PASTOR SELALU TAHU!"
Hari itu adalah hari ulang tahun pastor paroki dan anak-anak
datang membawa salam dan hadiah ulang tahun.
Pastor menerima hadiah yang terbungkus dari Maria dan
berkata, "Ah, saya tahu kau bawakan aku sebuah buku" (Ayah
Maria mempunyai toko buku di kota).
"Ya, bagaimana pastor tahu?"
"Pastor selalu tahu!"
"Dan kau Tommy, membawakan saya sebuah baju panas," kata
pastor sambil mengambil bingkisan yang dibawa oleh Tommy.
(Ayah Tommy adalah pedagang barang-barang wol) . "Benar.
Bagaimana pastor tahu?" "Ah, pastor selalu tahu."
Demikianlah seterusnya sampai pastor mengangkat kotak yang
dibawa oleh Bobby. Kertas pembungkusnya basah (Ayah Bobby
menjual anggur dan minuman keras) maka pastor berkata, "Saya
tahu kau membawakan saya sebotol scotch dan menumpahkannya
sedikit!" "Salah," kata Bobby, "ini bukan scotch." "kalau
begitu sebotol rum." "Salah lagi." Jari-jari pastor basah.
Ia menjilat salah satu jarinya, tetapi tetap tidak dapat
menebak. "Kalau begitu gin?" "Bukan," kata Bobby. "Saya
membawakan pastor seekor anak anjing!"
PEDULI [APA]
Setiap bulan sang murid dengan setia mengirimkan laporan
mengenai kemajuan rohaninya kepada sang Guru.
Pada bulan pertama ia menulis, "Saya merasakan berkembangnya
kesadaran dan mengalami kesatuan saya dengan alam." Sang
Guru melihat sekilas catatan itu dan membuangnya.
Inilah yang ia katakan pada bulan berikutnya, "Akhirnya saya
menemukan bahwa yang ilahi hadir di dalam segala sesuatu."
Tampaknya sang Guru kecewa.
Dalam suratnya yang ketiga murid itu dengan penuh semangat
menerangkan "Rahasia Yang Satu dan yang banyak sudah
dinyatakan di hadapan pandangan saya yang penuh kekaguman."
Sang Guru menguap.
Surat berikutnya berkata, "Tidak seorang pun dilahirkan,
tidak seorang pun yang hidup dan tidak seorang pun mati,
karena diri sejati tidak ada." Sang Guru mengangkat
tangannya tanda kecewa.
Satu bulan lewat, dua bulan dan kemudian lima bulan,
kemudian satu tahun. Sang Guru berpikir, sekarang waktunya
untuk mengingatkan muridnya akan tugasnya memberi laporan
mengenai kemajuan rohaninya. Sang murid membalas, "Peduli
apa?" Ketika Sang Guru membaca kata-kata itu, tampak seluruh
wajahnya diliputi rasa puas. Ia berkata, "Syukurlah,
akhirnya ia sampai."
Bahkan keinginan yang terlalu besar akan kebebasan adalah
belenggu. Adakah engkau pernah sungguh merasa bebas, sampai
engkau tidak peduli lagi apakah engkau bebas atau tidak?
Hanya orang-orang yang sudah sampai yang sungguh-sungguh
bebas.
PELAJARAN TENTANG SEKS
"Apa yang kauterima di sekolah hari ini?" tanya seorang ayah
kepada anaknya yang sudah remaja.
"Kami mendapat pelajaran mengenai seks," jawabnya.
"Pelajaran mengenai seks? Apa yang mereka katakan kepadamu?"
"Pertama-tama ada pastur yang mengatakan kepada kami mengapa
kita tidak boleh bermain-main dengan seks. Kemudian seorang
dokter mengajari bagaimana caranya tidak bermain-main dengan
seks. Akhirnya kepala sekolah berbicara mengenai di mana
kita tidak boleh bermain-main dengan seks."
PENCURI DAN MASJID
Sesudah pesta, seorang Muslim kaya pergi ke masjid dan harus
melepaskan sepatunya yang mahal harganya dan meninggalkannya
di luar masjid.
"Betapa bodohnya saya," katanya kepada dirinya sendiri.
"Dengan meninggalkan sepatu di sini, saya memberi kesempatan
kepada orang untuk mencurinya. Saya akan dengan senang hati
memberikannya. Tetapi sekarang saya bertanggung jawab karena
menciptakan seorang pencuri."
PENERANGAN BATIN ANAND
Anand adalah murid Buddha yang paling setia. Bertahun-tahun
sesudah kematian Buddha, direncanakan pertemuan agung
orang-orang yang sudah mengalami penerangan batin. Satu dari
antara murid-murid pergi untuk memberitahukan hal itu kepada
Anand.
Pada waktu itu Anand sendiri belum mengalami penerangan
batin, meskipun ia telah bekerja sekuat tenaga selama
bertahun-tahun. Maka ia tidak berhak hadir dalam pertemuan
agung itu.
Pada sore hari ketika pertemuan dimulai, ia belum menerima
penerangan batin itu sehingga ia bertekad melatih diri
sepanjang malam dan tidak berhenti sebelum ia mencapai yang
ia inginkan. Namun yang terjadi hanyalah bahwa ia kehabisan
tenaga. Kendati usahanya yang begitu besar, ia tidak
menunjukkan kemajuan sedikit pun.
Maka menjelang fajar, ia memutuskan untuk berhenti dan
sedikit beristirahat. Dalam keadaan seperti itu, ketika ia
sudah tidak serakah lagi, termasuk serakah dalam usaha
menerima penerangan batin, ia meletakkan kepalanya pada
sebuah bantal. Dan tiba-tiba ia mengalami penerangan batin.
Kata sungai kepada orang yang mencari: "Apakah orang memang
sungguh harus resah mengenai penerangan batin? Ke mana pun
saya berbelok, saya pulang menuju rumah."
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar