Check out the Latest Articles:

Jumat, 22 April 2011

Doa Sang Katak



Doa Sang Katak

oleh Anthony de Mello SJ
 
"SAYA DAPAT MENYEMBUHKAN RADANG PARU-PARU"

Seorang wanita menderita sakit demam keras, dan  semua  obat
yang diberikan oleh dokter tidak dapat meringankan sakitnya.

"Tidak   dapatkah   dokter   melakukan  sesuatu  yang  dapat
menyembuhkan saya?" tanya wanita itu putus asa.

"Saya mempunyai satu usul," kata  dokter  itu.  "Pulanglah,
mandilah  dengan  air panas. Lalu sebelum mengeringkan diri,
berdirilah di tempat aliran angin, telanjang bulat."

"Itu akan menyembuhkan saya?" tanyanya terkejut.

"Tidak, tetapi itu akan membuatmu sakit radang paru-paru. Dan
saya dapat menyembuhkannya."

Pernahkah  terjadi  pada  diri anda, guru anda menawari anda
obat suatu penyakit yang disebabkan olehnya?

  

CHING MEMBUAT SEBUAH BINGKAI LONCENG


Seorang pengukir bernama Ching menyelesaikan pekerjaan  pada
sebuah  bingkai loncenqg. Setiap orang melihat mengaguminya,
karena rupanya itu seperti karya roh halus. Ketika  Pangeran
di  Lu  melihat  itu,  ia bertanya: "engkau itu genius macam
apa, engkau dapat membuat barang seperti itu?"

Pengukir menjawab:  "Duli  tuanku,  aku  ini  hanya  seorang
pekerja  biasa. Saya bukan genius. Tetapi ada sesuatu. Kalau
aku membuat bingkai lonceng,  aku  bermeditasi  selama  tiga
hari  untuk menenangkan pikiranku. Kalau sudah meditasi tiga
hari, aku tidak lagi  berpikir  tentang  pahala  atau  upah.
Kalau  aku  bermeditasi lima hari, aku tidak lagi memikirkan
pujian atau celaan, keterampilan atau kelambanan. Kalau  aku
bermeditasi  tujuh  hari  aku  tiba-tiba  lupa  anggota lain
tubuhku; ya, aku lupa diriku sendiri. Aku tidak  sadar  lagi
akan  istana dan alam sekitarnya. Hanya pribadiku saja tetap
tinggal. Dalam keadaan itu aku masuk  hutan,  dan  memeriksa
setiap  pohon,  sampai  aku  temukan  satu,  di mana kulihat
bingkai lonceng sempurna. Lalu tanganku  mengerjakan  tugas.
Setelah  menyisihkan  diriku,  kodrat  bertemu  kodrat dalam
karya  yang  dilakukan  melalui  aku.  Inilah  kiranya  yang
menyebabkan   setiap   orang   berkata,   bahwa  hasil  yang
terselesaikan itu karya para roh halus."

Kata seorang pemain biola terkenal tentang  suksesnya  dalam
memainkan  Violin Concerto karya Beethoven. "Aku punya musik
hebat,  biola  hebat,  dan  alat  gesek  hebat.   Apa   yang
kuperlukan  hanya  mempertemukan  mereka itu dan aku sendiri
menyingkir."

  

CONFUCIUS MENGENAI PEMERINTAHAN YANG BAIK


Pada suatu ketika seorang murid  berkata  kepada  Confucius,
"Apakah  unsur-unsur  dasar  untuk  suatu  pemerintahan yang
baik?"

Ia menjawab, "Makanan, senjata dan kepercayaan rakyat."

"Tetapi,"  lanjut  murid  itu,  "kalau  anda  dipaksa  untuk
melepaskan  salah satu dari ketiga unsur itu, mana yang akan
anda lepaskan?"

"Senjata."

"Dan kalau anda harus melepaskan satu  lagi  dari  dua  yang
masih tinggal?"

"Makanan."

"Tetapi tanpa makanan rakyat akan mati!"

"Sejak  dahulu,  kematian  merupakan  bagian  hidup manusia.
Tetapi rakyat yang tidak lagi mempercayai para  pemimpinnya,
sungguh celaka."

  

"INI SATU"


Seorang petani memutuskan bahwa sudah waktunya  ia  menikah.
Maka  ia  pergi ke kota naik keledainya untuk mencari istri.
Pada waktunya ia  menemukan  seorang  wanita,  yang  menurut
pikirannya akan menjadi istri yang baik, dan mereka menikah.

Sesudah  upacara,  mereka berdua mengendarai keledai itu dan
kembali ke tempat pertanian mereka.  Sesudah  beberapa  saat
keledai itu berhenti dan tidak mau berjalan lagi. Petani itu
turun dan mulai memukuli keledai itu  dengan  batang  besar,
sampai keledai itu mau berjalan lagi.

"Ini satu," kata petani itu.

Beberapa  kilometer  kemudian, keledai itu berhenti lagi dan
sekali lagi petani itu turun dan memukuli keledai itu sampai
mau berjalan lagi. "Ini dua," kata petani itu.

Beberapa kilometer kemudian, keledai itu berhenti lagi untuk
ketiga  kalinya.  kali  ini  petani  itu  turun,  menurunkan
istrinya,  mengambil  pistolnya  dan menembak kepala keledai
itu hingga mati seketika.

"Kau tolol, bengis," teriak istrinya. "Keledai itu  binatang
yang  kuat, baik dan berguna untuk usaha pertanian kita. Dan
dalam ledakan amarahmu, kaubinasakan  dia.  Seandainya  saya
tahu  bahwa  engkau  orang yang tidak punya hati, saya tidak
pernah akan nikah dengan engkau ..." dan seterusnya,  sampai
kira-kira sepuluh menit.

Petani itu terus mendengarkannya sampai ia berhenti. Lalu ia
berkata, "Ini satu."

Kisah selanjutnya, sesudah itu mereka hidup bahagia.


TERPAKSA MENGGUNAKAN OTAK
 

Dengan bantuan  PETUNJUK  PEMAKAIAN  seorang  wanita  selama
berjam-jam  mencoba  merakit  alat  rumah tangga yang rumit,
yang baru saja ia beli. Akhirnya ia menyerah dan  membiarkan
bagian-bagian alat itu terserak di meja dapur.

Bayangkan betapa ia terkejut ketika beberapa jam kemudian ia
kembali  dan  menemukan  alat   itu   sudah   dirakit   oleh
pembantunya dan bekerja dengan sempurna.

"Bukan main, bagaimana engkau mengerjakannya?" serunya.

"Ah  ibu,  kalau  orang  tidak  dapat  membaca, dia terpaksa
menggunakan otaknya," jawabnya tenang.



DOA TUKANG SEPATU


Seorang  tukang tambal sepatu datang kepada rabbi Ishak dari
Ger  dan  bertanya:  "Katakan  kepadaku,  apa   yang   harus
kulakukan  dengan  doa  pagiku.  Pelangganku itu orang-orang
miskin, yang  hanya  punya  sepasang  sepatu.  Aku  menerima
sepatu  mereka  sudah  terlampau  petang, dan mengerjakannya
sepanjang  malam;   waktu   fajar   pekerjaan   masih   ada,
kalau-kalau pelanggan mau mendapat kembali sepatunya sebelum
berangkat bekerja. Sekarang pertanyaanku: Bagaimana  tentang
doa pagiku?"

"Apa yang kaulakukan sampai sekarang?" tanya rabbi.

"Sesekali  aku  cepat-cepat  menyelesaikan  doaku  dan  lalu
kembali bekerja, tetapi kemudian aku merasa salah. Kali lain
kulewatkan  waktu  doa.  Tetapi  aku  juga merasa kehilangan
sesuatu, dan kadang-kadang saja, kalau aku  mengangkat  palu
dari  sepatu,  aku  hampir mendengar hatiku mendesah: 'Orang
celaka  aku  ini,  bahwa  aku  tidak  mampu  melakukan   doa
pagiku.'"

Kata  sang rabbi: "Seandainya aku Tuhan, aku akan menghargai
desahan itu lebih daripada doa."

  

DUA BERSAUDARA YANG SALING MENCINTA

Dua bersaudara, yang seorang  membujang,  yang  lain  kawin,
punya  ladang,  dengan  subur  menghasilkan  limpah  gandum.
Separuh diberikan kepada saudara yang  satu  dan  separuhnya
kepada yang lain.

Semua  berjalan  baik pada awal. Lalu, terkadang saja, orang
yang kawin mulai bangun terjaga dari tidurnya di waktu malam
dan  berpikir.  Ini tidak adil. Saudaraku tidak kawin dan ia
mendapatkan separoh hasil ladang. Di sini aku  dengan  Istri
dan  lima  anak,  jadi aku terjamin aman di masa tua. Tetapi
siapa yang menjaga saudaraku celaka  nanti,  kalau  ia  jadi
tua?  Ia  harus  menyimpan  lebih  banyak  bagi  masa  depan
daripada sekarang, maka kebutuhannya jelas lebih besar  dari
pada saya.

Dengan  ini  ia bangun tidur, diam-diam menyelinap ke tempat
saudaranya dan  memasukkan  sekarung  gandum  dalam  lumbung
saudaranya.

Si  bujang  mendapatkan  ilham  sama  di  waktu  malam juga.
Kadang-kadang ia  bangun  dari  tidurnya  dan  berkata  pada
dirinya:  "Ini  jelas  tidak adil. Saudaraku punya istri dan
lima anak dan ia mendapat separoh hasil tanah. Dan aku tidak
punya  tanggungan  selain  diriku  sendiri. Maka tidak wajar
saudaraku miskin, karena kebutuhannya jelas lebih besar dari
saya,  harus  menerima  tepat  sama  seperti  saya." Lalu ia
keluar dari tempat tidurnya dan memasukkan  sekarung  gandum
di lumbung saudaranya.

Pada  suatu  hari  mereka  bangun tidur pada waktu sama, dan
lari bertabrakan, masing-masing menggendong sekarung gandum!

Bertahun-tahun   kemudian,   sesudah   mati,    kisah    itu
diketemukan.  Maka  ketika  orang  sekota  itu mau membangun
kenisah mereka memilih tempat, di mana dua saudara  bertemu,
sebab mereka tidak bisa memikirkan tempat lain di kota, yang
lebih suci daripada itu.

Perbedaan  penting  dalam  agama  itu  bukan   antara   yang
beribadah  dan  mereka  yang  tidak  beribadah tetapi antara
mereka yang mencinta dan yang tidak.

  

FILSUF YANG TELAH BANGKIT

Ahli filsuf kuno,  sudah  mati  berabad-abad,  diberi  tahu,
bahwa   ajarannya  ditafsirkan  salah  oleh  wakil-wakilnya.
Karena orang itu giat memperjuangkan kebenaran, ia mendapat,
setelah banyak usaha, rahmat untuk kembali ke dunia beberapa
hari.

Beberapa hari lamanya ia bisa meyakinkan  para  pengganutnya
tentang  identitasnya.  Setelah  itu  terjadi, mereka segera
kehilangan segala minat akan apa yang dikatakan,  dan  minta
agar ia menerangkan kepada mereka rahasia bisa kembali hidup
dari kubur.

Hanya setelah usaha besar  ia  akhirnya  meyakinkan  mereka,
bahwa  tidak  mungkin ia membuka rahasia itu, dan bahwasanya
jauh lebih penting bagi kesejahteraan  umat  manusia,  kalau
mereka kembali pada ajarannya murni seperti semula.

Usaha  sia-sia! Yang dikatakan kepadanya ialah, "Apakah kamu
tidak tahu, bahwa yang penting itu  bukan  ajaranmu,  tetapi
tafsir  kami  tentang  ajaranmu?  Sesungguhnya, engkau hanya
burung lewat, sedang kami tinggal di sini selamanya."

Ketika Budha mati, sekolah-sekolah bermunculan.

  

GETARAN HATI SI PENCARI KEBENARAN

... dan hati yang tak kenal takut.

Ada ketukan keras di hati si 'pencari'

"Siapa?" tanya 'pencari' yang takut itu.

"Saya, Kebenaran" datang jawaban.

"Jangan  edan,"  kata  'pencari.' "Kebenaran berbicara dalam
diam."

Itulah cara  efektif  untuk  menghentikan  ketukan  -  untuk
melegakan 'pencari.'

Apa   yang   tidak  ia  ketahui  adalah  bahwa  ketukan  itu
disebabkan oleh getaran hati yang penuh ketakutan.

Kebenaran yang membebaskan kita hampir selalu kebenaran yang
tidak mau kita dengar.

Maka bila kita berkata sesuatu tidak benar, apa yang terlalu
sering kita maksudkan adalah: "Saya tidak senang itu."



HUKUM TENTANG BUAH-BUAHAN

Di negara tandus pohon itu jarang, dan buah sulit ditemukan.
Dikatakan,  bahwa  Tuhan  ingin  membuktikan bahwa ada cukup
bagi setiap orang. Maka Ia menampakkan diri  kepada  seluruh
nabi  dan  berkata: "Inilah perintahku kepada seluruh bangsa
sekarang dan untuk keturunan selanjutnya; tidak boleh  orang
makan  lebih dari satu buah sehari. Catatlah ini dalam Kitab
Suci. Barangsiapa melanggar hukum ini akan dianggap  berdosa
terhadap Allah dan terhadap umat manusia."

Hukum  ditaati  berabad-abad  sampai  para ilmuwan menemukan
sarana untuk mengubah tanah  tandus  menjadi  padang  hijau.
Tanah  itu  kaya  gandum  dan  segala  kebutuhan  hidup. Dan
pohon-pohon tertunduk berat kepada buah yang tidak  dipetik.
Tetapi  hukum  satu buah tetap diperintahkan oleh pemerintah
negara dan agama di Tanah itu.

Orang  yang  menunjuk  pada  dosa  melawan  perikemanusiaan,
karena  membiarkan buah membusuk di tanah, dipandang sebagai
seorang  penghojat  dan  musuh  hukum  moral.   Orang   yang
mempertahankan  kebijaksanaan  sabda  suci  Tuhan Allah, itu
dihinggapi roh kesombongan karena pikiran, kata  orang,  dan
kurang  mempunyai  jiwa  iman  dan  ketaatan  di  mana hanya
kenyataan bisa diperoleh.

Di gereja-gereja kerap disampaikan khotbah-khotbah, di  mana
mereka   yang  melanggar  hukum  digambarkan  sengsara  pada
akhirnya. Tidak pernah  disinggung-singgung  tentang  jumlah
sama,  yang  juga  sengsara  pada  akhirnya, meskipun mereka
setia menepati hukum atau tentang jumlah besar mereka,  yang
hidup sejahtera meskipun melanggarnya.

Tak  ada  yang  dapat diperbuat untuk mengubah hukum, karena
nabi yang menyatakan menerima itu  dari  Tuhan,  sudah  lama
meninggal.  Ia  mungkin  mempunyai keberanian dan rasa wajar
untuk mengubah hukum, karena keadaan sudah berubah, sebab ia
menganggap  sabda  Tuhan  bukan  sebagai  sesuatu yang harus
dihormati, melainkan harus dipakai demi  kesejahteraan  umat
manusia.

Akibatnya,  ada orang terang-terangan mencemoohkan hukum dan
Tuhan serta Agama. Ada lain yang melanggarnya diam-diam, dan
selalu  dengan  rasa  berbuat  salah.  Sebagian besar mereka
menaatinya secara ketat dan merasa dirinya suci hanya karena
mereka   berpegang  teguh  pada  kebiasaan  tanpa  arti  dan
ketinggalan zaman, yang takut mereka buang.

                   (DOA  SANG  KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
                        Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar