Doa Sang Katak
JANGAN MELIHAT KALAU DIA SEDANG MENYUMPAHI
Dua penghuni lembaga bisu-tuli bertengkar. Ketika seorang
petugas datang untuk menjernihkan masalah mereka, salah satu
dari orang itu berdiri membelakangi yang lain dan tertawa
terbahak-bahak.
"Apa yang lucu? Mengapa kawanmu ini tampak begitu marah?"
tanya petugas itu dengan bahasa isyarat.
Si bisu itu menjawab, juga dengan bahasa isyarat, "Karena ia
mau menyumpahi saya, tetapi saya tidak mau melihatnya! "
JOHN BERKATA YA
... atau bagaimana?
Seorang anak petani begitu pendiam, sampai pacarnya sesudah
lima tahun berpacaran yakin bahwa ia tidak akan pernah
mengajukan suatu usul pun kepada dirinya dan bahwa dia
sendirilah yang harus mulai.
Pada suatu hari ketika mereka hanya berdua saja duduk di
kebun, gadis itu berkata kepadanya, "John, marilah kita
nikah. Apakah kita mau menikah John?"
Mereka diam lama. Akhirnya John berkata, "Ya."
Diam lagi lama. Akhirnya gadis itu berkata, "Katakan sesuatu
John. Mengapa engkau tidak mengatakan sesuatu?"
"Saya khawatir, saya sudah berbicara terlalu banyak!"
JUNAID MENOLAK MATA UANG EMAS
Salah seorang pengikut Junaid datang kepadanya dengan
kantong yang penuh dengan mata uang emas.
"Apakah engkau masih punya lebih banyak mata uang emas
lagi?" tanya Junaid.
"Ya, masih banyak lagi."
"Dan engkau lekat padanya?"
"Ya."
"Kalau demikian engkau harus membawa uang ini juga, karena
kebutuhanmu lebih besar daripada kebutuhanku. Karena saya
tidak mempunyai apa-apa dan tidak menginginkan apa-apa, saya
jauh lebih kaya daripadamu."
Hati orang yang sudah mengalami penerangan batin itu seperti
kaca: tidak merenggut atau menolak sesuatu pun; menerima
tetapi tidak memiliki.
KALAU TEKNIK TIDAK BEKERJA
... dan menghindarkan untuk mengambil keputusan sebelum
waktunya mengenai yang dibicarakan oleh orang lain ...
Pada suatu kesempatan makan malam, seorang anak berumur
empat belas tahun mengatakan bahwa ia dipilih untuk mengajar
di kelasnya pada hari berikutnya. Ayahnya yang adalah
seorang yang berpengalaman dalam bidang Metode-metode
Instruksional kemiliteran, melihat kesempatan ini baik untuk
memberikan kepandaian dan pengalamannya kepada anaknya.
Ia berkata kepada anaknya, "Begini kami melaksanakan hal
seperti itu di lingkungan militer. Pertama-tama kami
menentukan sasaran yang terdiri dari tindakan, keadaan dan
tingkat pelaksanaan. Putuskan lebih dulu TINDAKAN macam apa
yang kauinginkan agar dilaksanakan oleh murid-muridmu, dalam
KEADAAN macam apa tindakan itu harus mereka laksanakan dan
akhirnya SEBAIK APA mereka harus melaksanakannya. Dan ingat,
seluruh pendidikan harus diarahkan kepada pelaksanaan,
pelaksanaan, pelaksanaan.
Anak itu tidak terkesan. Yang dikatakan hanyalah ini, "Itu
tidak akan jalan, ayah."
"Pasti akan berjalan. Selalu demikian. Mengapa sekarang
tidak akan jalan?"
Kata anak itu, "Karena saya harus mengajar tentang seks."
... dan yang diinginkan oleh orang lain ...
KAPAN RAJA PYRRHUS PUAS?
Raja Pyrrhus dari Epirus didatangi oleh seorang kawannya
yang bernama Cyneas dan ditanya, "Seandainya raja
mengalahkan Roma, apakah yang akan raja kerjakan
selanjutnya?"
Pyrrhus menjawab, "Sisilia berdekatan dan mudah untuk
direbut."
"Dan apa yang akan raja lakukan setelah Sisilia direbut?"
"Kita akan bergerak ke Afrika dan menduduki Kartago."
"Dan sesudah Kartago?"
"Giliran Yunani akan kita taklukkan."
"Bolehkah saya bertanya, apakah buah dari kemenangan-
kemenangan ini?"
"Yah, kita dapat duduk dan bersenang-senang." jawab Pyrrhus.
Cyneas berkata, "Tidak dapatkah sekarang kita
bersenang-senang?"
Orang miskin berpikir mereka akan bahagia kalau mereka
menjadi kaya. Orang kaya berpikir mereka akan bahagia kalau
mereka dibebaskan dari borok-borok mereka.
KASIH DAN TERIMA KASIH
Pada suatu ketika Allah menjamu semua keutamaan, baik yang
kecil maupun yang besar, yang sederhana maupun yang gagah
berani. Mereka semua berkumpul di suatu ruangan surgawi
yang dihias sangat meriah. Segera saja mereka bergembira
ria karena mereka sudah saling mengenal dengan baik. Bahkan
beberapa sangat dekat berhubungan.
Tiba-tiba Allah melihat dua keutamaan yang cantik yang
tampaknya sama sekali tidak saling mengenal dan tidak senang
duduk bersama. Maka Allah menggandeng tangan salah satu dan
memperkenalkannya kepada yang lain secara resmi. "Rasa
terima kasih," kata-Nya, "Inilah Kasih."
Namun sebelum Allah berbalik, mereka sudah saling menjauh
lagi. Dan tersebarlah kisah, bahkan Allah tidak dapat
membawa "Rasa terima kasih" ketempat dimana ada "Kasih."
KATINKA
Pada suatu kali seorang wanita datang kepada rabbi Israel
dan menceritakan kepadanya kepedihan hatinya: sudah dua
puluh tahun ia menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
"Sama," kata rabbi. "Persis sama dengan ibuku." Dan inilah
cerita yang ia sampaikan kepada wanita itu:
Selama dua puluh tahun ibunya tidak mempunyai anak. Pada
suatu hari ia mendengar bahwa Bal Shem Tov yang suci itu
berada di kota dan ia segera pergi menemui orang suci itu
serta mohon agar ia mendoakannya supaya ia dapat mempunyai
anak. "Untuk keperluan itu engkau bersedia melakukan apa?"
tanya orang suci itu. "Apa yang dapat saya lakukan?" tanya
wanita itu. "Suamiku adalah miskin, bekerja di perpustakaan,
tetapi saya mempunyai sesuatu yang dapat saya berikan kepada
rabbi." Lalu ia cepat-cepat pulang ke rumah, mengambil
katinka dari almari di mana katinka itu dengan cermat
disimpan dan lari kembali untuk memberikannya kepada rabbi.
Katinka - semua orang tahu - adalah mantol yang dikenakan
pengantin pada hari pernikahannya, suatu harta pusaka
berharga yang diwariskan turun temurun. Ketika wanita itu
sampai, rabbi sudah berangkat ke kota lain. Maka ia
menyusulnya. Karena miskin, ia harus berjalan kaki. Ketika
ia sampai di kota itu, rabbi sudah pergi lagi ke tempat
lain. Enam minggu ia menyusul sang rabbi dari kota ke kota
sampai akhirnya dapat bertemu. Rabbi menerima katinka itu
dan menyerahkannya kepada sinagoga setempat.
Rabbi Israel menutup ceritanya, "Ibu saya berjalan pulang.
Setahun kemudian, saya lahir."
"Sungguh, persis sama," seru wanita itu. "Saya pun mempunyai
katinka di rumah. Saya akan segera membawanya kepada rabbi
dan kalau rabbi memberikannya kepada sinagoga setempat,
Allah akan memberikan seorang anak kepada saya."
"Ah, tidak demikian," kata rabbi itu dengan sedih,
"Perbedaan antara ibu saya dan engkau adalah ini: engkau
mendengar kisahnya; ia dulu tidak punya kisah yang dapat
dijadikan pegangan."
Sesudah digunakan oleh seorang suci tangga itu dibuang dan
tidak dapat digunakan lagi.
KEBENARAN DI RUMAH SENDIRI
Seorang muda dihantui oleh kerinduan hati akan kebenaran.
Maka ia meninggalkan keluarganya, kawan-kawannya dan
berangkat untuk mencari Kebenaran itu. Ia mengembara di
banyak negeri, berlayar menyeberang banyak lautan, mendaki
banyak gunung dan dalam semuanya itu ia mengalami banyak
penderitaan dan kesengsaraan.
Pada suatu hari ia bangun dan menyadari bahwa usianya sudah
tujuh puluh lima tahun dan belum juga menemukan Kebenaran
yang selama ini ia cari. Maka dengan sedih hati ia
memutuskan untuk menghentikan usahanya dan kembali ke rumah.
Karena ia sudah tua, ia membutuhkan berbulan-bulan untuk
kembali ke kampung halamannya. Sesampai di rumah, ia membuka
pintu rumahnya - dan di sana ia menemukan Kebenaran yang
selama bertahun-tahun dengan sabar menunggunya.
Pertanyaan: Apakah pengembaraannya membantu dia untuk
menemukan kebenaran?
Jawab: Tidak, namun pengembaraan itu menyiapkan dia untuk
mengenalnya.
KEBIJAKSANAAN TUKANG RODA
Sementara tukang roda sedang membuat roda di salah satu
ujung ruangan, Pangeran Huan dari Chi rnembaca buku di ujung
yang lain.
Setelah meletakkan alat-alat kerjanya, tukang roda itu
mendatangi Pangeran itu dan bertanya buku apa yang sedang ia
baca.
"Buku yang menyimpan kata-kata orang bijak," kata Pangeran.
"Apakah orang-orang bijak itu masih hidup?" tanya tukang
roda.
"Tidak," kata Pangeran, "mereka semua sudah mati."
"Kalau begitu yang Pangeran baca tidak lebih dari sampah dan
sisa orang-orang yang sudah mati," kata tukang roda itu.
"Berani benar kau tukang roda sampai berani menjelekkan buku
yang sedang saya baca! Pertanggungjawabkanlah perkataanmu,
kalau tidak kamu harus mati."
"Baiklah," kata tukang roda itu, "Saya akan berbicara
sebagai tukang roda. Beginilah saya melihat persoalannya:
kalau saya sedang membentuk suatu roda, seandainya gerakan
saya terlalu lambat, gerakan itu akan mengores dalam tetapi
tidak tetap. Kalau gerakan saya terlalu cepat, gerakan itu
tetap tetapi tidak menggores dalam. Irama yang tepat,
artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, tidak
akan tercapai kalau tidak keluar dari dalam hati. Ini adalah
sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ada
suatu seni di dalamnya, yang tidak dapat saya wariskan
kepada anak saya. Itulah sebabnya saya tidak dapat
membiarkannya mengambil-alih rekerjaan saya. Maka saya yang
sekarang sudah berumur tujuh puluh lima tahun masih terus
membuat roda. Menurut pendapat saya halnya sama dengan
orang-orang yang sudah mendahului kita. Semua yang pantas
diwariskan mati bersama dengan kematiannya; sisanya mereka
tuliskan dalam buku-buku mereka. Itulah sebabnya saya
berkata bahwa yang sedang Pangeran baca adalah sampah dan
sisa orang-orang yang sudah mati."
KEBINGUNGAN MUSA
Diceritakan bahwa sebelum memimpin bangsanya dari tanah
Mesir, Musa belajar pada seorang Guru besar untuk
mempersiapkan diri menjadi seorang nabi. Disiplin pertama
yang diwajibkan oleh sang Guru kepada Musa adalah "diam."
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan dan Musa begitu
terpesona oleh keindahan alam, sehingga mudah baginya untuk
diam. Akan tetapi ketika mereka sampai pada tebing sungai,
ia melihat seorang anak yang tenggelam di tepi yang lain dan
ibunya berteriak-teriak minta tolong.
Musa tidak dapat tetap diam melihat hal seperti itu. "Guru,"
katanya, "tidak dapatkah Guru melakukan sesuatu untuk
menyelamatkan anak itu?" "Diam!" kata Gurunya. Musa menahan
nafas.
Akan tetapi hatinya terusik. Ia berpikir, "Sungguhkah Guru
saya ini orang yang berhati keras, tidak punya perasaan?
Tidak kuasakah ia menolong orang-orang yang membutuhkan?" Ia
takut mempunyai pikiran yang tidak baik mengenai Gurunya,
tetapi ia juga tidak dapat mengusirnya.
Dalam perjalanan itu mereka sampai ke pantai laut dan
melihat sebuah perahu tenggelam bersama dengan seluruh
awaknya. Musa berkata, "Guru, lihat! Perahu itu tenggelam!"
Sekali lagi Gurunya menyuruhnya untuk memegang disiplin
diam. Maka Musa tidak berbicara lagi.
Namun hatinya sangat tidak tenang, sehingga ketika mereka
sampai ke rumah kembali, Musa membicarakan hal itu dengan
Allah yang berkata kepadanya, "Gurumu benar. Anak yang tadi
tenggelam adalah anak yang akan menyebabkan kebinasaan
beratus-ratus ribu orang. Malapetaka ini dihindarkan dengan
tenggelamnya. Perahu yang tenggelam itu diawaki oleh
bajak-bajak laut yang merencanakan untuk pergi ke suatu kota
di pinggir pantai untuk menjarah dan merampas serta membunuh
orang-orang yang tak bersalah dan cinta damai."
Pelayanan merupakan suatu kebajikan hanya kalau disertai
kebijaksanaan.
SUNGAI DI GURUN
Bahan dasar dalam mencapai kebebasan: penderitaan yang
membawa kesadaran.
Seorang pengembara yang tersesat di gurun sudah tidak
mempunyai harapan lagi untuk menemukan air. Ia berusaha naik
ke bukit yang satu, kemudian yang lain dan yang lain lagi
dengan harapan dapat melihat aliran air. Ia terus melihat ke
mana-mana, namun tidak berhasil.
Ketika ia berjalan maju tertatih-tatih, kakinya terjerat
pada suatu semak kering. Ia jatuh ke tanah. Di sana ia
terbaring, tanpa tenaga untuk bangkit lagi tanpa keinginan
untuk meneruskan usahanya dan tanpa harapan akan dapat lepas
dari siksaan ini.
Ketika ia terbaring, tanpa ada yang menolong dan tanpa
harapan, tiba-tiba ia menjadi sadar akan keheningan gurun.
Di setiap penjuru yang ada adalah ketenangan yang tak
terganggu oleh suara sehalus apa pun. Tiba-tiba ia
mengangkat kepalanya. Ia mendengar sesuatu. Sesuatu yang
begitu lembut yang hanya dapat didengar oleh telinga yang
sangat tajam dalam keheningan yang sangat dalam: suara air
yang mengalir.
Didorong oleh harapan bahwa suara itu muncul dalam dirinya,
ia bangkit dan terus bergerak sampai ia tiba di suatu aliran
sungai yang airnya segar dan sejuk.
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar