Doa Sang Katak
DOKTER TAHU LEBIH BAIK
Percaya kepada kekuasaan membahayakan pemahaman:
Seorang dokter membungkuk memeriksa tubuh yang terbaring
lemas di tempat tidur. Kemudian ia tegak berdiri dan
berkata, "Maaf, saya terpaksa mengatakan bahwa suamimu sudah
tidak ada lagi."
Suara protes lemah terdengar dari tubuh lemas yang terbaring
di tempat tidur itu. "Tidak, saya masih hidup."
"Diam," kata istrinya. "Dokter lebih tahu daripada engkau."
DUA JAGO TEMBAK
Dua orang jago tembak akan berduel, untuk itu disiapkanlah
tempat di kedai minum. Salah satu dari mereka berbadan
kecil, tidak mengesankan, namun ia adalah jago tembak
profesional. Yang lain yang besar dan gagah protes, "Tunggu
sebentar. Ini tidak adil. Sasaran dia lebih besar."
Yang kecil cepat saja mengajukan usul. Sambil berbalik
kepada memilik kedai minum itu berkata, "Tandailah badan
orang itu dengan garis sebesar ukuran badan saya. Semua
peluru saya yang kena pada bagian di luar garis tidak
dihitung."
Orang yang sudah mengalami penerangan batin lebih memikirkan
hidup daripada kemenangan.
GEMBALA SUKA SEGALA CUACA
Orang bepergian: "Akan seperti apa cuaca hari ini?"
Gembala: "Cuaca yang saya sukai."
"Bagaimana engkau tahu cuaca akan seperti yang kausukai? "
"Tuan, karena saya sudah mengalami bahwa saya tidak selalu
memperoleh yang saya inginkan, saya sudah belajar untuk
selalu menyukai yang saya dapatkan. Maka saya yakin bahwa
cuaca hari ini akan seperti yang saya sukai."
Kegembraan dan tidak adanya kegembiraan terletak pada cara
kita menghadapi kejadian-kejadian, tidak pada hakikat
kejadian-kejadian itu sendiri.
GIPSI
Di sebuah kota di daerah perbatasan, ada seorang lelaki tua
yang sudah lima puluh tahun tinggal di rumah yang sama.
Pada suatu hari ia membuat semua orang terkejut karena ia
berpindah ke rumah sebelah. Wartawan surat kabar setempat
menemuinya dan bertanya mengapa ia pindah.
Ia menjawab dengan tersenyum puas, "Saya kira gipsi dalam
diri saya yang melakukannya."
Apakah pernah kamu dengar mengenai orangyang menemani
Kristoforus Kolumbus dalam ekspedisinya ke Dunia Baru? Ia
selalu cemas karena mungkin tidak dapat kembali pada
waktunya untuk menggantikan pekeryaan penjahit yang sudah
tua di desanya sehingga mungkin orang lain akan mengambil
pekerjaan itu.
Agar berhasil dalam pencarian yang disebut hidup batin,
orang harus memusatkan perhatian untuk memperoleh hal yang
paling bernilai dalam hidup. Kebanyakan orang tergiur oleh
hal-hal yang sepele seperti kekayaan, nama baik, kenikmatan
dan persahabatan manusiawi.
Ada orang yang begitu tergila-gila oleh kemasyhuran sampai
siap untuk mati di tiang gantungan kalau dengan begitu
namanya akan terpasang pada berita-berita utama. Apakah
sungguh ada perbedaan antara dia dan kebanyakan usahawan dan
orang-orang politik? (Belum lagi di antara kita yang
mengagungkan hal seperti itu lewat pendapat umum).
GULA-GULA BERBENTUK BINATANG
Pada suatu ketika adalah seorang pembuat gula-gula yang
membuat gula-gula dalam berbagai macam bentuk binatang dan
burung dengan berbagai macam warna dan ukuran. Kalau ia
menjual gula-gula kepada anak-anak, mereka biasanya
bertengkar dengan kata-kata seperti ini: "Kelinciku lebih
baik daripada singamu ... Tupaiku memang lebih kecil
daripada gajahmu, tetapi lebih enak ..."
Pembuat gula-gula itu akan menertawakan pikiran orang-orang
dewasa yang tidak kurang bodoh daripada anak-anak kalau
mereka berpikir bahwa pribadi yang satu lebih baik daripada
yang lain.
Penerangan batin tahu bahwa yang memisah-misahkan kita
bukanlah kodrat kita melainkan kebudayaan dan lingkungan
kita.
GURU DAN MUTIARA
Seorang guru sedang bermeditasi di tepi sungai ketika
seorang murid membungkuk dan meletakkan dua butir mutiara
indah di depan kakinya, sebagai tanda hormat dan baleti.
Guru itu membuka matanya, mengangkat salah satu butir
mutiara itu dan memegangnya sembarangan sehingga mutiara itu
jatuh dan menggelinding masuk ke dalam sungai.
Murid itu menjadi cemas dan segera meloncat masuk ke dalam
sungai. Akan tetapi meskipun ia berkali-kali menyelam sampai
malam, ia tidak berhasil.
Akhirnya dengan pakaian basah kuyup dan badan lelah, ia
membangunkan guru dari meditasinya, "Guru tahu di mana
mutiara itu jatuh. Tunjukkanlah tempatnya supaya saya dapat
mengambilnya lagi dan mengembalikannya kepada guru."
Guru itu mengangkat mutiara yang lain, melemparkannya ke
dalam sungai dan berkata, "Di situ!"
Janganlah mencoba memiliki benda karena benda tidak dapat
sungguh-sungguh dimiliki. Hanya pastikanlah bahwa engkau
tidak dimiliki oleh benda-benda itu, dan engkau akan menjadi
penguasa ciptaan.
GURU KEHILANGAN PENGECAM
Pada suatu ketika adalah seorang rabbi yang dihormati orang
sebagai seorang yang dekat dengan Allah. Setiap hari
sekelompok orang berdiri di depan pintu rumahnya untuk
mencari nasihat, mengharapkan penyembuhan atau berkat dari
orang suci itu. Dan setiap kali rabbi berbicara, orang-orang
itu akan mematuhi ucapannya dan menelan semua kata-katanya.
Namun di antara pendengarnya itu ada orang yang tidak baik
yang selalu mencari kesempatan untuk menentang sang Guru. Ia
mencari kelemahan-kelemahan rabbi dan menertawakan
kekurangan-kekuranqgan itu. Murid-murid rabbi tidak senang
akan dia dan mulai menganggapnya sebagai jelmaan setan.
Pada suatu hari "setan" itu jatuh sakit dan mati. Semua
orang merasa lega. Secara lahiriah mereka kelihatan
berdukacita, akan tetapi dalam hati mereka senang karena
kata-kata Guru yang begitu inspiratif tidak akan diganggu
lagi dan tingkah-lakunya yang mengandung kecaman tidak akan
dikritik lagi oleh orang yang tidak sopan itu.
Orang-orang terkejut melihat sang Guru tenggelam dalam
dukacita sejati yang mendalam pada saat penguburan. Kemudian
ketika ditanya oleh seorang murid apakah ia berdukacita atas
nasib kekal orang yang mati itu, ia berkata, "Tidak, tidak.
Mengapa saya harus berdukacita atas teman kita yang sekarang
ada di surga? Saya berdukacita untuk diri saya sendiri.
Orang itu adalah satu-satunya kawan saya. Di sini saya
dikelilingi oleh orangorang yang menghormati saya. Ia adalah
satu-satunya yang menantang saya. Saya takut sesudah
kepergiannya, saya tidak berkembang lagi." Dan ketika Guru
itu mengucapkan kata-kata ini, ia menangis tersedu-sedu.
BERAPA HARGA PERDAMAIAN?
"Hari ini engkau tampak lelah Jack, ada apa?"
"Ah, saya baru pulang ke rumah pagi-pagi sekali dan ketika
saya sedang berganti pakaian istri saya terbangun dan
berkata, 'Apakah engkau tidak bangun terlalu pagi Jack?'
Maka untuk menghindari pertengkaran, saya mengenakan pakaian
saya dan kembali bekerja lagi."
Berapa harga sebuah perdamaian?
HARTA DALAM DAPUR SENDIRI
[Suatu] kisah orang-orang Hasidim:
Pada suatu malam dalam mimpi, rabbi Iskak diberitahu untuk
pergi jauh ke Praha dan di sana menggali harta tersembunyi
di bawah jembatan yang menuju istana raja. Ia tidak
memikirkan mimpi itu sungguh-sungguh. Akan tetapi ketika
mimpi itu terjadi empat atau lima kali, ia memutuskan untuk
pergi mencari harta itu.
Ketika ia sampai ke jembatan. ia terkejut karena melihat
bahwa jembatan itu dijaga ketat siang malam oleh serdadu.
Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah melihat jembatan
itu dari jauh. Akan tetapi karena ia pergi ke sana setiap
pagi, pemimpin penjaga itu pada suatu hari menemuinya untuk
bertanya mengapa. Rabbi Iskak yang sebenarnya malu untuk
menceritakan mimpinya kepada orang lain, menceritakan
segala-galanya karena ia senang dengan sikap dan watak orang
Kristen yang baik ini. Pemimpin itu tertawa meledak dan
berkata. "Astaga. Engkau seorang rabbi dan engkau percaya
kepada mimpi? Seandainya saya tolol dan bertindak atas dasar
mimpi saya sendiri, sekarang saya sudah berkelililig
Polandia. Coba saya ceritakan salah satu mimpi saya tadi
malam yang terus kembali: suatu suara mengatakan kepada saya
unruk pergi ke Krakow dan menggali harta di pojok dapur
seorang yang bernama Iskak, anak Yeheskiel! Bukankah sesuatu
yang paling tolol di seluruh dunia untuk mencari di seluruh
Krakow seorang yang bernama Iskak dan orang lain yang
bernama Yeheskiel kalau separoh dari seluruh penduduk pria
mungkin bernama Iskak dan separoh yang lain Yeheskiel?"
Rabbi itu tertegun. Ia mengucapkan terima kasih kepada
pemimpin itu atas nasihatnya, segera pulang, menggali pojok
dapurnya dan menemukan harta berlimpah yang cukup untuk
hidup bahagia sampai hari kematiannya.
Pencarian rohani adalah suatu perjalanan tanpa jarak. Engkau
berjalan dari tempat sekarang engkau berada ke tempat di
mana engkau selalu berada. Dari ketidaktahuan menuju
pemahaman, karena semua yang engkau lakukan adalah melihat
untuk pertama kali hal yang sudah selalu engkau pandang.
Siapa yang pernah mendengar tentang suatu jalan yang membawa
engkau kepada dirimu sendiri, atau suatu cara yang membuat
engkau menjadi sebagaimana engkau selalu? Sebenarnya,
kerohanian hanyalah masalah menjadi sebagaimana engkau
sesungguhnya.
HARTA DALAM GUNUNG YANG MENGHILANG
Inilah kisah yang diceritakan oleh seorang Guru kepada
murid-muridnya untuk menunjukkan kerugian yang dapat
diakibatkan oleh keterikatan akan satu hal yang sepele,
dalam diri orang-orang yang telah kaya dalam rahmat hidup
batin:
Pada suatu ketika seorang desa berjalan melewati sebuah gua
di pegunungan, persis pada waktu gua itu menampakkan salah
satu dari keajaiban-keajaibannya yang jarang tampak, kepada
semua orang yang ingin memperkaya diri mereka dengan harta
yang ada di dalamnya. Ia masuk ke dalamnya dan melihat
gunung emas dan batu-batu berharga. Dengan tergesa-gesa ia
memasukkannya ke dalam kantung yang ada di punggung
keledainya, karena ia tahu dari legenda bahwa gua itu hanya
terbuka dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Maka harta
itu harus diambil dengan tergesa-gesa.
Keledai itu penuh muatan dan ia kembali dengan kegembiraan
besar karena nasibnya yang begitu baik. ketika itu ia ingat
bahwa tongkatnya ketinggalan di gua. Ia kembali dan cepat
masuk ke dalam gua. Tibalah waktu bagi gua untuk menghilang
dan dengan demikian orang itu hilang bersama gua itu tanpa
pernah muncul lagi.
Sesudah menunggunya satu atau dua tahun, orang-orang desa
menjual harta yang mereka temukan di atas keledai dan
memperoleh keberuntungan dari nasib baik orang yang malang
itu.
Kalau burung pipit membuat sarangnya di hutan, sarang itu
menempati sebuah ranting. Kalau rusa memuaskan dahaganya, di
sungai ia minum tidak lebih daripada yang dapat ditampung
oleh perutnya .
Kita mengumpulkan barang karena hati kita kosong.
HATI
... karena yang paling hakiki tidak ada.
Menurut suatu dongeng India kuno, ada seekor tikus yang
selalu tertekan karena takut kepada seekor kucing. Seorang
tukang sihir merasa kasihan kepadanya lalu menqgubahnya
menjadi seekor kucing. Tetapi kemudian ia menjadi takut
kepada anjing. Maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi
anjing. Tetapi ia mulai takut kepada harimau. Maka tukang
sihir itu mengubahnya menjadi harimau, yang merasa takut
kepada pemburu. Pada saat itu tukang sihir menyerah. Ia
mengubahnya menjadi seekor tikus lagi dan berkata, "Apa pun
yang saya lakukan tidak akan membantumu karena engkau
mempunyai hati seekor tikus."
BAGAIMANA BUDDHA MENEMUKAN JALAN TENGAH
Ketika Buddha pertama kali mulai pencarian batinnya, ia
melakukan banyak matiraga.
Ia duduk bermeditasi di bawah pohon. Pada suatu hari dua
orang pemain musik lewat dekat pohon itu. Yang satu sedang
berbicara dengan yang lain, "Jangan menyetel senar sitermu
terlalu kuat, nanti putus. Jangan juga memasangnya terlalu
lembek, nanti tidak dapat berbunyi. Setellah dengan ukuran
tengah-tengah."
Kata-kata itu sangat kuat menyentuh hati Buddha, sampai
mengubah seluruh cara pendekatan hidup batinnya. Ia yakin
bahwa kata-kata itu ditujukan kepadanya. Sejak saat itu ia
berhenti dari matiraganya yang keras dan mulai mengikuti
jalan yang mudah dan ringan, yaitu jalan keugaharian.
Pendekatannya ke arah penerangan batin disebut Jalan Tengah.
RAJA JANAKA DAN ASHTAVAKRA
Tidak ada dunia yang lain kecuali yang satu ini. Akan tetapi
ada dua cara untuk memandangnya.
Pada zaman dulu di India, adalah seorang raja bernama
Janaka. Ia adalah juga seorang bijaksana. Pada suatu hari
Janaka sedang mengaso di tempat tidurnya yang bertaburan
dengan bunga. Hambanya mengipasinya dan serdadu-serdadu
menjaganya di luar pintu. Ketika ia terlelap, ia bermimpi.
Raja dari negara tetangga mengalahkannya dalam perang. Ia
dijadikan tawanan dan disiksa. Ketika penyiksaan itu mulai,
Janaka bangun dan terkejut karena ternyata ia sedang
berbaring di tempat tidurnya yang bertaburan bunga, dengan
hamba-hamba yang mengipasinya dan serdadu-serdadu yang
menjaganya.
Sekali lagi ia terlelap dan bermimpi yang sama lagi. Dan
sekali lagi ia bangun dan sadar bahwa ia aman dan nyaman di
istananya.
Kemudian Janaka diganggu oleh suatu pikiran: sementara ia
tidur dunia mimpi-mimpinya tampak begitu nyata. Dan sekarang
ketika ia terjaga dunia sadarnya tampak nyata. Manakah dari
keduanya yang sungguh-sungguh nyata? Ia ingin tahu.
Tidak seorang filsuf, cendekiawan dan pelihat pun yang ia
tanyai dapat memberikan jawaban. Dan selama bertahun-tahun
ia sia-sia mencari, sampai pada suatu hari seorang yang
bernama Ashtavakra mengetuk pintu istana. Astavakra berarti
berbentuk jelek, buruk rupa. Ia menerima nama itu karena
memang demikianlah dirinya sejak lahir.
Pertama-tama raja tidak mau memandang orang ini
sungguh-sungguh. "Bagaimana seorang reot semacam engkau
dapat menjadi pembawa kebijaksanaan yang tidak dipunyai oleh
para ilmuwan dan pelihatku?" tanyanya.
"Sejak masa kanak-kanakku, semua sumber tertutup bagiku -
maka dengan sangat bersemangat saya meniti Jalan
kebijaksanaan," jawab Ashtavakra.
"Kalau begitu, bicaralah," kata raja.
Inilah yang dikatakan oleh Ashtavakra, "Oh raja baik keadaan
terjaga maupun mimpi tidaklah nyata. Kalau raja terjaga,
dunia mimpi tidak ada dan kalau raja bermimpi dunia sadar
tidak ada. Oleh sebab itu tidak satu pun nyata."
"Kalau baik keadaan terjaga maupun keadaan mimpi tidak
nyata, lalu apa yang nyata?" tanya raja.
"Ada keadaan yanqg melampaui keduanya. Carilah itu. Hanya
itu sajalah yang nyata."
Orang yang sudah mengalami penerangan batin menganggap diri
mereka terjaga maka dalam kebodohan mereka, mereka
menganggap beberapa orang baik dan yang lain buruk, beberapa
peristiwa menggembirakan dan yang lain menyedihkan.
Orang-orang yang sadar tidak lagi berada dalam kuasa
kehidupan dan kematian, perkembangan dan kehancuran,
keberhasilan dan kegagalan, kemiskinan dan kekayaan,
kehormatan dan penghinaan. Bagi mereka, bahkan kelaparan,
kehausan, panas dan dingin yang dialami sebagai yang
sementara dalam aliran arus kehidupan tidak lagi mempunyai
kuasa atas diri mereka. Mereka sudah sampai pada kesadaran
bahwa tidak pernah ada keperluan untuk mengubah apa yang
mereka lihat - hanya cara melihatnya.
Maka mereka lalu menjadi seperti air, lembut dan lentur
namun kekuatannya tidak tertahankan; tidak memaksakan akan
tetapi menjadi berkat bagi semua makhluk. Dengan tindakan
mereka yang tanpa pamrih, orang lain diubah; karena
ketidakterikatan mereka, seluruh dunia menjadi subur; karena
mereka bebas dari nafsu, orang lain dibiarkan tak tercemar.
Air dialirkan keluar dari sungai untuk mengairi sawah. Air
tidak pernah meributkan apakah ia berada di sungai atau di
sawah. Demikianlah orang yang sudah mendalami penerangan
batin bertindak dan hidup dengan lembut sekaligus perkasa
sesuai dengan tujuan hidupnya.
Inilah orang-orang yang menjadi musuh laknat masyarakat yang
tidak suka akan hidup yang lentur dan mengandalkan latihan,
perintah, rutin, ortodoksi dan konformitas.
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar