Check out the Latest Articles:

Senin, 18 April 2011

Cara Melakukan Tindakan Jasa : Bhikkhu Gunasilo

Cara Melakukan Tindakan Jasa



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Danaṁ dadantu saddhāya, sīlaṁ rakkhantu sabbadā, bhāvānabhiratā hontu
Berdanalah dengan penuh keyakinan, rawatlah sila setiap saat,
gemarlah mengembangkan batin.


(Devatā Uyyojana Gāthā)
Dalam petikan Aṅguttara Nikāya III, Sang Buddha bersabda:
O para bhikkhu, ada tiga cara untuk berbuat jasa kebajikan. Apakah yang tiga itu?
1. Berdana
2. Moralitas
3. Meditasi

Ada orang yang telah berlatih membuat jasa kebajikan dengan berdana hanya sampai tingkat terbatas; dan hanya tingkat terbatas dia telah berlatih membuat jasa kebajikan dengan moralitas; tetapi dia belum membuat jasa kebajikan dengan bermeditasi. Orang ini, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, akan terlahir kembali di antara manusia dalam kondisi yang tidak menyenangkan.

Orang yang berdana hanya sampai tingkat terbatas, maksudnya adalah seseorang yang melakukan perbuatan berjasa kebajikan berdana tetapi pada saat memberikan dana ia tidak memiliki kerelaan, tidak ikhlas, berdana yang ia lakukan karena terpaksa, maka, orang yang seperti ini dikatakan orang yang membuat jasa kebajikan hanya sampai tingkat terbatas. Demikian pula orang yang melaksanakan sila dengan tingkat terbatas, artinya orang ini tidak menjalankan silanya dengan sungguh-sungguh, dia tidak mau berusaha untuk memperbaiki silanya agar lebih baik lagi. Padahal orang ini mengerti tentang sila, manfaat sila, dan cara melaksanakannya tetapi dia tetap melanggarnya.

Ada orang lain telah berlatih sampai ke tingkat tinggi membuat jasa kebajikan dengan berdana dan juga dengan moralitas; tetapi dia tidak membuat jasa kebajikan dengan bermeditasi. Orang seperti ini, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, akan terlahir kembali di antara manusia dalam kondisi menyenangkan, atau dia akan terlahir di alam dewa Empat Raja Besar, dan di sana, Empat Raja Besar, yang telah berlatih sampai ke tingkat yang sangat tinggi membuat jasa kebajikan dengan berdana dan dengan moralitas melampaui para dewa lain di alam mereka di dalam sepuluh hal: jangka hidup surgawi, keelokan, kebahagiaan, ketenaran, kekuatan, penglihatan, suara, bau, citarasa, dan sentuhan surgawi. (Pernyataan yang sama dibuat untuk kelahiran kembali di antara dewa-dewa Tāvatiṁsa, Yāma, Tusita, dewa-dewa yang bahagia dalam penciptaan, dewa-dewa yang mengontrol apa yang diciptakan oleh dewa lain, dan untuk masing-masing penguasa di alam-alam lain).

Jadi, orang yang telah berlatih dalam membuat jasa kebajikan dengan berdana sampai ke tingkat tertinggi adalah orang yang membuat jasa kebajikan dengan berdana disertai pengertian benar, dia memiliki ketulusan hati dalam berdana, baik sebelum berdana, pada saat berdana, dan setelah berdana dia dalam keadaan bahagia dan ikhlas. Dia berdana untuk mengikis kekotoran batin, melenyapkan kemelekatan, dan tidak mengharapkan sesuatu. Dia rela meyumbangkan harta miliknya kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti: para bhikkhu, fakir miskin, panti jompo, anak-anak terlantar, dan sebagainya. Demikian pula orang yang melaksanakan moralitas ke tingkat yang tinggi, artinya bahwa orang ini melaksanakan sila dengan sungguh-sungguh. Misalnya Pa¤casīla Buddhis yang terdiri dari:

1. Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup;
2. Aku bertekad melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan;
3. Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila;
4. Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar; dan
5. Aku bertekad melatih diri menghindari minuman keras, barang madat yang menyebabkan lemahnya kesadaran.

Orang ini benar-benar mentaati sila dengan baik dan bersungguh-sungguh bukan hanya sebatas teori. Dia juga berusaha berjuang agar sila yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari tidak ternoda, kendur, patah, dan kotor. Pada saat umat melakukan permohonan sīla, para bhikkhu selalu mengatakan: sīlena sugatiṁ yanti -dengan merawat sila tercapai alam bahagia. Sīlena bhogasampadā -dengan merawat sila diperoleh kekayaan (lahir dan batin). Sīlena nibbutiṁ yanti -dengan merawat sila tercapai padamnya kilesa. Tasmā sīlaṁ visodhaye -oleh karena itu rawatlah sila dengan sempurna.

Inilah, para bhikkhu, tiga cara membuat jasa kebajikan. Dalam petikan Aṅguttara Nikāya II (V,31), Sang Buddha menerangkan tentang manfaat-manfaat dari berdana. Pada suatu ketika, yang Terberkahi berdiam di dekat Savatthi di Hutan Jeta, di Vihāra Anathapindika. Pada saat itu putri Sumana diikuti lima ratus wanita kerajaan di dalam lima ratus kereta datang mengunjungi Beliau. Setelah tiba, dia memberi hormat dan duduk di satu sisi sambil berkata:
”Bhante, seandainya ada siswa Bhante yang setara keyakinannya, keluhurannya, dan kebijaksanaannya. Tetapi yang satu pemberi dana dan yang lain bukan pemberi dana. Maka kedua ini, ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, akan terlahir lagi di alam bahagia, alam surgawi. Setelah menjadi dewa demikian, adakah perbedaan di antara keduanya, Bhante?”
”Ada Sumana. Si pemberi dana, sesudah menjadi dewa, akan melampaui yang bukan pemberi dana dalam lima hal: masa hidup surgawi, keelokan, kebahagiaan, kemasyuran, dan kekuatan surgawi.”
”Tetapi, Bhante, jika keduanya ini meninggal dari sana dan kembali ke dunia ini, apakah masih ada perbedaan?”
”Ada Sumana. Si pemberi dana, setelah menjadi manusia, akan melampaui yang bukan pemberi dana dalam lima hal: masa hidup manusiawi, keelokan, kebahagiaan, kemasyuran, dan kekuatan.”
”Tetapi, Bhante, jika keduanya ini meninggalkan kehidupan perumah tangga menuju kehidupan tak berumah tangga atau menjadi bhikkhu, apakah masih ada perbedaan?”
”Ada, Sumana. Si pemberi dana, sesudah menjadi bhikkhu, akan melampaui yang bukan pemberi dana dalam lima hal: dia sering dimintai untuk menerima jubah, makanan, tempat tinggal, obat-obatan, dan sesama bhikkhu akan ramah terhadapnya baik melalui ucapan, badan jasmani, maupun pikiran; pemberian-pemberian yang mereka bawa kepadanya kebanyakan menyenangkan.”
”Tetapi, Bhante, jika keduanya mencapai tingkat kesucian Arahat, apakah masih akan ada perbedaan?”
”Dalam hal itu, Sumana, Kunyatakan tidak akan ada perbedaan antara satu pembebasan dan pembebasan lain.”

Demikianlah manfaat dari berdana seperti yang telah dijelaskan oleh Sang Buddha. Maka dari itu, lakukanlah perbuatan berjasa ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga nantinya kita akan memperoleh kebahagiaan baik di alam manusia maupun di alam para dewa yang akan melampaui yang bukan pemberi dana.

Sumber:
Petikan Aṅguttara Nikāya II (V,31) & Aṅguttara Nikāya III (VIII,36)
(16 Desember 2007)

1 komentar: