Check out the Latest Articles:

Sabtu, 16 April 2011

Mengapa Membaca Paritta? (Bhikkhu Dhammakaro)

Mengapa Membaca Paritta?

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Seiring dengan peradaban umat manusia, doa atau mantra telah dikenal dan berkembang bahkan sebelum munculnya agama-agama di dunia ini.
...
Manusia pra-agama berdoa guna memenuhi kebutuhan batin yang didera, diselimuti, dan dicengkram oleh perasaan-perasaan takut, khawatir, cemas, dan pilu karena banjir, kebakaran, petir, angin topan, dan lain-lainnya. Mereka berdoa kepada dewa penunggu air, dengan harapan mereka terhindar dari korban bencana banjir; mereka berdoa kepada dewa api, dengan harapan mereka terselamatkan dari jilatan api; mereka berdoa kepada dewa langit, dengan harapan mereka terbebas dari sambaran petir dan gulungan angin topan, dan lainnya.

Setelah agama-agama di dunia lahir/muncul, ternyata berdoa bukanlah berkurang, justru semakin banyak ragamnya, bukan hanya untuk menghindarkan seseorang dari peristiwa yang menakutkan, menyeramkan, dan mengerikan seperti di atas, tetapi juga untuk hal-hal yang menyenangkan seperti pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah, memulai usaha, dan lainnya, bahkan sampai hal-hal yang kecil sekalipun misalnya mau makan, mandi, tidur, atau mengerjakan tugas di sekolah, kantor maupun di rumah. Demikian penting doa dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia.

Mengapa kita harus berdoa? Apakah doa itu? Apa bedanya doa dengan paritta? Pertanyaan itu sering muncul dalam kalangan masyarakat pada umumnya. Untuk mengetahui jawaban tersebut, pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu tentang diri manusia itu sendiri. Kehidupan umat manusia memiliki dua sisi, yaitu sisi batiniah dan lahiriah atau fisik dan batin. Kedua sisi kehidupan ini memerlukan faktor pengkondisi untuk perkembangan, kemajuan, dan kelangsungan proses hidupnya.

Sisi fisik membutuhkan penunjang seperti makanan dan minuman yang bergizi, bervitamin, dan berenergi, bahkan juga udara yang bersih dan tidak polusi, guna menjadikan badan kita sehat, kuat dan segar-bugar, sehingga jasmani kita tidak sakit-sakitan, lemah, lesu, loyo, dan badan kita dapat berfungsi baik dan normal.

Sisi batin juga membutuhkan faktor pengkondisi. Karena batin merupakan hal yang non materi, maka kebutuhan batin adalah non materi yakni hal-hal yang bersifat spiritual dan dalam Buddhis adalah Dhamma. Keteduhan, ketentraman, ketenangan, kedamaian, keheningan, kasih sayang, kesabaran, kesadaran, dan lainnya adalah makanan batin. Guna mewujudkan dan menghadirkan hal-hal tersebut di atas, maka manusia membuat kalimat doa-doa sesuai kebutuhannya.

Apa bedanya doa dan paritta? Dalam paham Buddhis, doa merupakan ungkapan-ungkapan batin yang dipenuhi harapan, atau spirit dan motivasi. Bagaimana kita berdoa secara Buddhis? Karena kita menyakini adanya hukum kamma, maka cara kita berdoa sebagai berikut: semoga dengan kekuatan jasa baik yang saya lakukan pada saat ini, hari ini dan juga di waktu yang lain membuahkan kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan dan lain-lain sesuai apa yang kita harapkan, dan ditutup dengan ucapan semoga semua makhluk berbahagia, semoga Tiratana memberkahi.

Paritta adalah khotbah Sang Buddha yang berisikan uraian-uraian Dhamma. Paritta mempunyai dua sisi kekuatan yakni: pertama, kekuatan spiritual/magis atau energi psikis, keberkahan dan perlindungan. Kedua, kekuatan pelaksana, praktik, penyelaman dan penghayatan.

Sejak jaman Buddha Gotama masih ada di tengah-tengah umat manusia, paritta telah diyakini memberikan manfaat keberkahan dan perlindungan. Beberapa paritta yang sangat populer dalam masyarakat Buddhis adalah Ratana Sutta, Karaṇīyametta Sutta, Khandha Paritta, Aṅgulimāla Paritta, Mora Paritta, Bojjhaṅga Paritta, Maṅgala Sutta, Āṭānāṭiya Sutta, Abhaya Paritta dan lainnya.

Beberapa kisah tentang kekuatan paritta diantaranya: Ratana Sutta dibacakan Sang Buddha saat kota makmur Vesali terancam bencana kelaparan, wabah penyakit, malapetaka, dan gangguan makhluk-makhluk jahat. Bhikkhu Ananda diinstruksikan untuk mengulang membaca Ratana Sutta dan berjalan mengelilingi penjuru kota Vesali dengan memercikan air yang telah diberkahi. Dengan kekuatan keberkahan Ratana Sutta, kota Vesali terbebas dari bencana, wabah penyakit, dan pengaruh makhluk jahat.

Karaṇīyametta Sutta diajarkan oleh Sang Buddha kepada 500 bhikkhu yang mengalami kesulitan saat mereka berlatih meditasi di hutan karena gangguan makhluk penghuni setempat. Setelah mereka mengulang dan mempraktikkan cinta kasih (karaṇīyametta) dan kembali ke hutan untuk berlatih meditasi, mereka pun terbebas dari gangguan lagi serta memperoleh keberkahan dan perlindungan.

Bagaimana paritta mempunyai kekuatan spiritual/magis atau energi psikis? Bilamana paritta dibaca dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi, hikmat dan disertai keyakinan mantap, maka paritta akan memiliki energi batin yang luar biasa. Paritta akan kehilangan kekuatannya karena tidak ada keyakinan, perbuatan jahat, dan kamma berat masa lampau. Oleh sebab itu, saat kita membaca paritta harus disertai dengan pemahaman terhadap makna yang terkandung di dalamnya dan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi, hikmat dan disertai keyakinan sehingga batin dan pikiran kita menjadi tenang, sejuk, teduh, tentram, damai, gembira, suka cita, dan bahagia. Seperti makna yang terkandung dalam Karaṇīyametta Sutta dimana yang mengajak kita untuk menuju pada kedamaian, kita harus menjadi orang yang jujur, tulus, lemah-lembut, tidak sombong, mudah dinasehati, bersahaja, berindria tenang, tidak tercela dan penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa batas di manapun berada dan akan membawa seseorang tak terlahir dalam rahim manapun juga. Itulah sesungguhnya energi dan kekuatan nyata yang kita miliki karena paritta.

Kalau kondisi batin tersebut di atas terus kita jaga dan kembangkan, maka energi yang ada akan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan badan jasmani. Energi juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar kita, dan akan menjadi kekuatan yang melindungi.

Apa bedanya Doa dengan Paritta? Doa merupakan ungkapan hati yang tidak ada tuntunan untuk kita jalankan, bahkan sering isinya hanya permintaan, permohonan, dan kala tertentu justru menimbulkan gejolak batin karena yang dimohon tidak terkabul. Namun, paritta saat dibaca pun telah memberikan berkah ketenangan, kedamaian, keteduhan, kesejukan, ketentraman, kegembiraan, dan kebahagiaan karena yang kita baca langsung menuntun untuk praktik, menghayati dan menyelami seperti dalam Karaṇīyametta Sutta, guna memperoleh kedamaian maka kita harus cakap, jujur, tulus, lemah-lembut, tidak sombong, mudah dinasehati, bersahaja, berindria tenang, tidak tercela, dan penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa batas. Oleh karena itu, mari kita membaca paritta untuk ketenangan, ketentraman, keberkahan, dan perlindungan.

1 komentar:

  1. Penjelasan singkat mengenai arti kata dari "paritta" didalam web dibawah ini sungguh menarik juga, karena diambil dari arti secara harafiah, makna yang terkandung didalam budaya india dimana kata paritta digunakan pada masa itu, hingga pengertian dan implikasi secara Buddhisme.

    Rasanya ada baiknya juga kita membaca juga artikel yang tercantum di web berikut guna menambah wawasan. salam sejahtera.
    http://buddhistscript.blogspot.com/2014/03/arti-dari-paritta.html

    BalasHapus