Check out the Latest Articles:

Senin, 18 April 2011

Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma) : Bhikkhu Sukhemo

Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma)


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa


Āsāḷha dalam bahasa Pāḷi atau Āsādha dalam bahasa Sansekerta adalah nama bulan yang bersamaan dengan bulan Juli. Bulan purnama dalam bulan Āsādha adalah hari yang penting dalam sejarah kehidupan Buddha Gotama.

Pada hari Āsādha ini lebih dari 2500 tahun yang lalu, Buddha mengajarkan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, kepada lima orang petapa yang bernama Koṇḍañña, Vappa, Bhaddiya, Mahānāma, dan Assaji. Pengajaran tersebut yang diberi nama Dhammacakkappavattana Sutta, Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma, yang menyebabkan lima petapa mencapai tingkat kesucian Sotapanna; Koṇḍañña yang pertama kali mencapai kesucian disusul dengan yang lainnya. Mereka semuanya mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah mendengar khotbah kedua, yaitu Anattalakkhana Sutta atau Khotbah tentang Tanpa Jiwa, lima bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat.

Peristiwa penting lain pada hari Āsādha yaitu terbentuknya Ariya Saṅgha yang terdiri dari enam orang suci, yaitu Buddha dan lima bhikkhu. Sejak saat itu lengkaplah sudah Tiratana atau Tiga Permata yang terdiri dari Buddharatana, Dhammaratana, dan Saṅgharatana. Demikian pula Tisaraṇa atau Tiga Perlindungan sudah lengkap, yaitu Perlindungan kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha.

Khotbah dimulai dengan penjelasan tentang dua cara ekstrim yang harus dihindari oleh petapa, yaitu:

1) mengumbar nafsu indriya (kāmasukhallikānuyoga), dan
2) menyiksa diri (attakilamathānuyoga)


Jalan Tengah yang terhindar dari kedua jalan ekstrim itu, yang telah sempurna diselami oleh Sang Tathāgata, membuka mata batin, menimbulkan pengetahuan, membawa ketenangan, pengetahuan batin luar biasa, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbāna. Jalan Tengah yang dimaksud adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Aṭṭhaṅgika Magga), yang terdiri dari:

1. Pandangan Benar (sammā diṭṭhi)
2. Pikiran Benar (sammā saṅkappa)
3. Ucapan Benar (sammā vācā)
4. Perbuatan Benar (sammā kammanta)
5. Penghidupan Benar (sammā ājãva)
6. Usaha Benar (sammā vāyāma)
7. Perhatian Benar (sammā sati)
8. Konsentrasi Benar (sammā samādhi)


Kemudian Buddha menjelaskan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, yakni:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
Kelahiran, usia tua, kematian, ratap tangis, penderitaan jasmani, kepedihan hati, kekecewaan, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, tidak mendapat apa yang diinginkan adalah dukkha.

II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha
Kesenangan (taṇha), inilah yang membuat kelahiran kembali, yang disertai dengan hawa nafsu dan kegemaran, yang menggemari objek di sana sini, yakni: kāmataṇhā (kesenangan terhadap nafsu inderawi), bhavataṇhā (kesenangan terhadap kemenjadian), dan vibhavataṇhā (kesenangan terhadap ketidakmenjadian).

III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha
Musnahnya kesenangan tersebut tanpa sisa karena lenyapnya nafsu, terlepasnya kesenangan, tertolaknya kesenangan, terbebas dari kesenangan, tak terikat oleh kesenangan.

IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha
Jalan menuju musnahnya dukkha adalah Jalan Mulia berunsur Delapan, yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, 
 Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.



Empat Kebenaran Mulia ini dijelaskan oleh Sang Tathāgata dalam Tiga Tahap dan Dua Belas Ciri Pandangan. Tiga tahap itu adalah:

1) pengetahuan tentang Empat Kebenaran Mulia (sacca ñāṇa),

2) pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan tentang Empat Kebenaran Mulia (kicca ñāṇa), dan

3) pengetahuan mengenai apa yang telah dilakukan dengan Empat Kebenaran Mulia itu (kata ñāṇa).


Dari Tiga Tahap Pengetahuan, maka Empat Kebenaran Mulia dijelaskan dalam Dua Belas Ciri, yaitu:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
1. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Dukkha
2. Kebenaran Mulia tentang Dukkha patut dipahami (pariññeyya)
3. Kebenaran Mulia tentang Dukkha telah dipahami (pariññāta)

II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha
4. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha
5. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha patut dihindari (pahātabba)
6. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha telah dihindari (pahãna)

III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha
7. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha
8. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha patut dicapai (sacchikātabba)
9. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha telah dicapai (sacchikāta)

IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha
10. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha
11. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha patut dikembangkan (bhāvetabba)
12. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha telah dikembangkan (bhāvita)

Ketika pemahaman terhadap pengetahuan sebagaimana yang sebenarnya (yathāb ūtha ñāṇadassana) tentang Empat Kebenaran Mulia, yang terdiri dari tiga tahap dan dua belas ciri yang ada pada Sang Tathāgata telah sempurna, maka pada saat itu Sang Tathāgata menyatakan diri sebagai orang yang mencapai Penerangan Sempurna, nan tiada bandingnya di dunia, di alam dewa, alam mara, dan alam brahma, bersama dengan himpunan para samaṇa, brāhmaṇa, dewa, dan manusianya. Timbullah dalam diri Sang Tathāgata pengetahuan dan pengertian, ”Tak tergoncangkan kebebasan batin-Ku. Ini adalah kelahiran-Ku yang terakhir. Kini tidak ada tumimbal lahir lagi.”

Setelah mendengar sabda Sang Bhagavā, para bhikkhu Pañcavaggiya merasa puas dan bersuka cita atas sabda Sang Bhagavā.

Ketika Roda Dhamma (Dhammacakka) diputar oleh Sang Bhagava, di Taman Rusa Isipatana, dekat kota Bārāṇasã, yang tak dapat dihentikan oleh para samana, brahmana, dewa, mara, brahma, atau siapapun juga di dunia, seketika itu juga kabar gembira ini tersebar ke alam Dewa Cātummahārājika, Tāvatisa, Yāma, Tusita, Nimmānarati, Paranimittavasavatti, hingga para dewa yang bersemayam di alam brahma.

Demikian pada saat itu juga, suara berkumandang hingga menembus ke alam brahma. Serentak sepuluh ribu tingkat alam berguncang, bergetar, bergoyah, dan sinar gilang-gemilang yang tiada taranya muncul di dunia melebihi kemampuan cahaya kedewaan.

Sumber: Book of the Kindred Sayings (Sayutta Nikāya) jilid 5 halaman 356
(20 Juli 2008)

1 komentar: