Ke-aku-an (oleh Bhante Pannyavaro Mahathera)
Dalam pandangan agama Buddha, antara pikiran dan pemikiran tidaklah dibedakan. Pemikiran yang dalam pengertian umum adalah hasil dari pikiran, sesungguhnya adalah pikiran itu sendiri. Sama seperti kita melihat rumah. Komponen2 seperti tiang, kasau2, dinding, kerangka atap, genteng dan lantai; yang disusun membentuk rumah, sebenar-benarnya adalah rumah itu sendiri. Sama sekali tidak bisa dikatakan, bahwa 'rumah' ini memiliki tiang seperti ini, dinding seperti ini, atap begini, lantai begitu, dan sebagainya. Rumah yang mana yang memiliki atau menjadi si pemilik semua itu? Tidak ada! Komponen atau bagian-bagian itu sendiri, yang tersusun seperti itu, adalah 'rumah' itu sendiri. Tidak ada si pemilik atau bagian rumah, dan bagian lainnya adalah bagian yang dimiliki atau menjadi pelengkap. Persis seperti itu adalah pikiran kita. Pikiran ini adalah pemikiran itu sendiri, termasuk proses berpikir.
Pemikiran itu pun bukan juga suatu yg muncul kemudian berhenti, sehingga boleh dianggap sebagai hasil akhir dari suatu proses berpikir. Satu pemikiran muncul sesaat, kemudian berubah, cepat sekali, terus begitu tanpa henti.
Semua yang muncul menjadi pikiran atau pemikiran disebut sankhara, perpaduan. Disebut perpaduan karena sifat kemunculannya yang tidak mandiri tetapi terjadi karena banyak faktor. Dan juga faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya pikiran itu tidak kekal, berubah terus, maka pikiran yang muncul pun berubah dengan cepat.
Pengertian Benar
Bila faktor yang berpengaruh pada pikiran itu benar dan baik, maka pikiran pun mendapatkan faktor yang benar dan baik. Pengaruh baik itu dalam Delapan Unsur Jalan Mulia disebut Pengertian Benar atau Pandangan Benar. Pengertian yang benar adalah pengertian yang sesuai dengan Hukum ALam (Niyama Dhamma) dan membawa keterbebasan dari penderitaan.
Seluruh ajaran Guru Agung Buddha Gotama atau Dhamma, yang kita pelajari dan fahami adalah pengertian benar. Pengertian benar ini mempengaruhi pikiran.
Tetapi pikiran tidak selalu berada dalam pengaruh atau arahan yang benar. Faktor-faktor lain pun masih sering muncul mempengaruhi pikiran kita, misalnya keserakahan, kebencian, keakuan, dan berbagai angan-angan lainnya.
Bila pengaruh buruk itu muncul pada pikiran, lalu seseorang teringat pada pengertian benar bahwa keburukan akan berakibat keburukan; oleh karenanya pengaruh buruk jangan diikuti; maka pikiran buruk tidak akan berlanjut terus.
Proses tidak berlanjutnya pikiran buruk itu dapat diterangkan sebagai berikut: Adanya kewaspadaan yang mengetahui bahwa pikiran buruk sedang atau mulai muncul, kemudian digunakanlah pengertian atau konsep yang baik untuk menghentikannya.
Memang bisa berhasil. Meski bisa juga tidak berhasil. Artinya, pikiran yang buruk itu berjalan terus sampai muncul menjadi ucapan atau tindakan yang buruk. Cara ini yang dilakukan oleh hampir semua umat beragama. Pengertian benar yang sudah diyakini atau diimani digunakan untuk mengatasi pikiran-pikiran buruk.
Demikian juga, umat Buddha mengenal pengertian Anatta (tanpa-aku), atau Sunyata (Tanpa inti yang kekal). Tetapi bukan berarti kalau seseorang sudah mengerti atau faham benar tentang pengertian Anatta yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama, maka sudah tidak ada lagi pikiran keakuan padanya. Pikiran keakuan itu tetap saja timbul begitu cepat dan begitu sering meskipun dia sudah sangat faham Anatta dan juga sudah tidak menghendaki pikiran keakuan itu timbul.
Bila ia waspada terhadap munculnya pikiran keakuan itu: "Ini kebaikanku". "Ini jasaku". "Ini kewajibanku". "Ini hasilku", dan masih banyak lagi, lalu dilawanlah pikiran keakuan itu dengan pengertiannya tentang Anatta (Tanpa-aku) yang sudah diyakini kebenarannya. Maka yang sekarang menjadi pikirannya adalah pikiran atau konsep tentang Anatta (Tanpa-aku) tersebut. Cara ini bukanlah cara mengatasi atau menghabiskan keakuan, melainkan melawan konsep (keakuan) dengan konsep (tanpa-aku).
Untuk memudahkan mengingat, kita berikan saja nama untuk cara ini: cara konvensional atau cara biasa.
Kewaspadaan atau Perhatian
Cara menghabiskan pikiran keakuan yang sering muncul dan menjadi sumber keburukan atau penderitaan menurut ajaran Guru Agung Buddha Gotama adalah:
Perhatikan atau waspadai terus-menerus bila pikiran keakuan itu muncul. Jangan menyesali bila pikiran keakuan muncul, tetapi yang sangat penting adalah menyadari atau memperhatikan pikiran itu. Perhatikan saja! Waspadai saja!
Waspadai dengan sikap pasif. Artinya, tidak perlu menggunakan konsep Anatta (Tanpa-aku) untuk menghentikan atau melawannya. Tidak menganalisis dari mana munculnya pikiran keakuan itu, dan juga tidak perlu ingin menghentikannya karena tidak sesuai dengan Dhamma. Tetapi, perhatikan saja terus-menerus, awasi saja terus-menerus. Mengawasi dengan pasif. Hanya mengawasi saja! Maka, pikiran keakuan itu akan teratasi, akan berhenti dengan sendirinya. Inilah cara yang diajarkan oleh Dhamma ajaran Guru Agung Buddha Gotama sebagai cara untuk menghabiskan keakuan. Kita namakan cara ini: cara vipassana atau cara pencerahan.
Memang kita belum mampu mengawasi setiap timbulnya pikiran buruk: keserakahan, iri hati, kebencian, kekejaman, kejengkelan, kekecewaan dan keakuan. Tetapi bila kita mengetahui atau menyadari bahwa pikiran itu mulai atau sedang muncul, maka perhatikanlah, awasilah! Pikiran itu akan berhenti. Selanjutnya hanya kesadaran murni yang berlangsung. Kesadaran murni itu adalah kata lain dari kebebasan. Kebebasan dari penderitaan. Meski hanya dialami sesaat, kesadaran murni adalah kebebasan. Bagi yang belum mencapai kebebasan penuh, kebebasan itu hanya dialami sesaat. Mengapa hanya dialami sesaat? Karena kotoran yang lain dari pikiran masih akan muncul lagi.
Beda antara manfaat kedua cara
Apakah perbedaan di antara kedua cara, yakni cara biasa dan cara vipassana, dalam mengatasi pikiran buruk? Cara biasa, yaitu cara melawan konsep buruk atau pikiran buruk dengan pikiran baik yang didasari pengertian benar atau keyakinan memang bisa menghentikan pikiran buruk. Karena pikiran buruk bisa dihentikan, maka perilaku buruk tidak akan dilakukan. Tetapi cara ini tidak banyak mengurangi kelekatan seseorang pada kenikmatan dalam melakukan keburukan.
Ketagihan pada kenikmatan terhadap keburukan, dan juga kenikmatan terhadap kebaikan, akan memperkuat pikiran keakuan. Keakuan ini kemudian menyebabkan berbagai keinginan bermunculan.
Cara vipassana atau mengembangkan pandangan terang akan menumbuhkan pencerahan mental yang menyadarkan kita bahwa kondisi pikiran ini adalah tidak kekal. Dalam perhatian penuh atau perhatian terus-menerus itu kita akan menyadari dengan jelas munculnya suatu pikiran, bertahan sebentar, lalu tenggelam. Kemudian muncul pikiran yang lain, bergolak, berkembang, tidak lama juga lalu tenggelam. Begitu seterusnya! Arus pikiran ini tidak akan pernah berhenti. Pencerahan mental yang timbul dari perhatian terus-menerus (nyana), bukan logika intelektual, terhadap pikiran kita sendiri ini akan mengurangi kelekatan atau kelengketan kita terhadap segala kenikmatan sesaat. Kekuatan keakuan yang timbul dalam pikiran menjadi berkurang. Kekuatannya yang membakar-bakar berbagai keinginan pun berkurang.
Kemampuan mengetahui pikiran-pikiran yang muncul, utamanya pikiran keakuan, dan mengawasi atau memperhatikannya terus-menerus sampai pikiran keakuan itu lenyap adalah latihan dan juga tujuan meditasi Buddhis.
Senin, 18 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buddha Gautama
Labels
- Abhidhamma (3)
- Ajahn Brahm (1)
- Ajahn Brahm - Wisdom of Silence (7)
- Anthony de Mello SJ - Berbasa-basi Sejenak (5)
- Anthony de Mello SJ - Burung Berkicau (9)
- Anthony de Mello SJ - Doa Sang Katak (16)
- artikel buddhist (48)
- Berkah (1)
- Bhikkhu Girirakkhito Mahathera (1)
- Bhikkhu Jotidhammo Mahathera (4)
- Bhikkhu Khantipalo (1)
- Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera (4)
- Bhikkhu Subalaratano (3)
- Bhikkhuni (1)
- Buddha dan Sains (11)
- Buddhadasa Bhikkhu - THE TRUE NATURE OF THINGS (2)
- Buddhavamsa (1)
- catatan ajahn chah (4)
- catatan dhamma (4)
- Cinta Kasih (1)
- dhammachakka (52)
- Dhammadesana (39)
- Dhammapada (2)
- Digha Nikaya (1)
- Download (1)
- Dr. K. Sri Dhammananda (5)
- EMPAT KESUNYATAAN MULIA (4)
- Font Pali (1)
- H.H Somdet Phra Nyanasamvara (3)
- Hidup Lebih Baik (1)
- HTML Help Doc (1)
- Identitas Umat Buddhis (1)
- INTISARI AGAMA BUDDHA (3)
- Itivuttaka (1)
- Jan Sanjiva (1)
- Jataka (4)
- Magha Puja (1)
- meditasi (7)
- Milinda Panha (19)
- Must have (1)
- Parita Suci (3)
- Petavatthu (1)
- Pindapatta (1)
- Puja Bhakti (2)
- RAPB (1)
- Riwayat Agung Para Buddha (1)
- Riwayat Singkat Guru Agung Buddha Sakyamuni (13)
- samaggi-phala.or.id (48)
- serba-serbi (7)
- serba-serbi galaksi (6)
- Sila (1)
- Spelling (1)
- sutta pitaka - Anguttara Nikaya (1)
- sutta pitaka - Khuddaka-Nikaya (17)
- sutta pitaka - Digha Nikaya (1)
- sutta pitaka - Samyutta Nikaya (2)
- sutta pitaka - Majjhima Nikaya (1)
- Suttanipata (1)
- Tanya Jawab (5)
- teori ajaran sang buddha (5)
- Tipitaka (1)
- TIPITAKA - kitab suci agama buddha (6)
- Tokoh (1)
- Udana (1)
- Ulasan Dhamma (34)
- Ven Narada Mahathera (11)
- Ven. Buddhadasa Bhikkhu (3)
- Ven. S. Dhammika (1)
- Vinaya Pitaka - Suttavibhanga (1)
- www.samaggi-phala.or.id (37)
- Y. M. Mahāsi Sayādaw (1)
- Y.A. Khantipalo (1)
- Y.M. Bhikkhu Girirakkhito Mahathera (6)
Blog Archive
-
▼
2011
(366)
-
▼
April
(289)
- Mittamitta-Jataka
- Kaka Jataka
- KETUHANAN YANG MAHAESA DALAM AGAMA BUDDHA
- DASAR-DASAR MEDITASI VIPASSANĀ
- Berbasa-basi Sejenak
- Berbasa-basi Sejenak
- Berbasa-basi Sejenak
- Berbasa-basi Sejenak
- Berbasa-basi Sejenak
- Burung Berkicau
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Doa Sang Katak
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- Burung Berkicau
- TIPITAKA - kitab suci agama buddha (silahkan klik ...
- Suttavibhanga
- Khuddaka-Nikaya (silahkan klik judul kitab yang i...
- Anguttara Nikaya (silahkan klik judul kitab yang i...
- Samyutta Nikaya (silahkan klik judul kitab yang in...
- Majjhima Nikaya (silahkan klik judul kitab yang in...
- Digha Nikaya (silahkan klik judul kitab yang ingin...
- 14. DHAMMIKA SUTTA : Ringkasan kehidupan bhikkhu d...
- 13. SAMMAPARIBBAJANIYA SUTTA : Kehidupan Tak-berum...
- 12. VANGISA SUTTA : Vangisa mendapat kepastian bah...
- 11. RAHULA SUTTA : Sang Buddha merekomendasikan ke...
- 10. UTTHANA SUTTA : Desakan yang kuat untuk menger...
- 9. KIMSILA SUTTA : Perilaku yang Benar
- 8. NAVA SUTTA : Bagaimana memilih guru yang baik d...
- 7. BRAHMANADHAMMIKA SUTTA : Perilaku yang Baik bag...
- 6. DHAMMACARIYA SUTTA : Kehidupan yang Baik
- 5. SUCILOMA SUTTA : Khotbah yang serupa dengan Ala...
- 4. MAHAMANGALA SUTTA : Perbuatan yang Menjamin Keb...
- 3. HIRI SUTTA : Mengenai persahabatan sejati
- 2. AMAGANDHA SUTTA : Arti spiritual dari ‘ketidakm...
- 1. RATANA SUTTA : Puji pujian terhadap ‘permata-pe...
- 12. DVAYATANUPASSANA SUTTA : Asal Mula dan Penghen...
- 11. NALAKA SUTTA : Kelahiran Buddha yang akan data...
- 10. KOKALIKA SUTTA : Akibat mengerikan dari ucapan...
- 9. VASETTHA SUTTA : Definisi yang Benar tentang ‘B...
- 8. SALLA SUTTA : Anak Panah - Perenungan tentang k...
- 7. SELA SUTTA : Sang Buddha meyakinkan Sela dan te...
- 6. SABHIYA SUTTA : Seorang pertapa yang berkelana ...
- 5. MAGHA SUTTA : Magha
- 4. PURALASA SUTTA : Kue Kurban - Kepada siapa pers...
- 3. SUBHASITA SUTTA : Kata-kata yang Baik
- 2. PADHANA SUTTA : Perjuangan Sang Buddha Melawan ...
- 1. PABBAJJA SUTTA : Meninggalkan Keduniawian (Tent...
- CERITA-CERITA ISTANA ALAM DEWA (VIMANAVATTHU)
- 16. SARIPUTTA SUTTA : Praktek latihan seorang bhikkhu
- 15. ATTADANDA SUTTA : Perilaku Kekerasan
- 14. TUVATAKA SUTTA : Jalan Menuju Kebahagiaan
- 13. MAHAVIYUHA SUTTA : Penyebab-penyebab Utama Per...
- 12. CULAVIYUHA SUTTA : Penyebab-penyebab Kecil Per...
- 11. KALAHAVIVADA SUTTA : Perselisihan dan Pendirian
- 10. PURABHEDA SUTTA : Kelakuan dan ciri-ciri seora...
- 9. MAGANDIYA SUTTA : Magandiya
- 8. PASURA SUTTA : Perselisihan Mempertahankan Pand...
- 7. TISSAMETTEYYA SUTTA : Sang Buddha menjelaskan j...
- 6. JARA SUTTA : Kelapukan
- 5. PARAMATTHAKA SUTTA : Kesempurnaan
- 4. SUDDHATTHAKA SUTTA : Kemurnian
- 3. DUTTHATTHAKA SUTTA
- 2. GUHATTAKA SUTTA : hindari kemelekatan untuk men...
- 1. KAMA SUTTA ; Kenikmatan indera yang harus dihin...
- Asal Mula Agama Buddha di Indonesia
- Kejadian Bumi dan Manusia dalam Pandangan Buddhis
- Tiga Karateristik Kehidupan
- arti kamma? - ajahn brahm
- Apa makna dari Sila? - ajahn brahm
- Apa yang kita maksudkan dengan NIBBANA? - ajahn brahm
- Apa yang kita maksudkan dengan SURGA? - ajahn brahm
- Kisah Perbuatan Lampau Sang Buddha
- Kisah Kembalinya Sang Buddha
- Kisah “Kata-kata Kebahagiaan Sang Buddha”
- 7 Keunggulan Ajaran Buddha
- Pertanyaan & Jawaban Ajahn Chah (terjemahan google)
- PERSEMBAHAN (PUJA) - Terjemahan buku Wisdom of Sil...
- LIMA RINTANGAN (NIVARANA) - Terjemahan buku Wisdom...
- SATIPATTHANA – EMPAT PERHATIAN KESADARAN - Terjema...
- Ketika Badan Jasmani Menghilang - Terjemahan buku ...
-
▼
April
(289)
Entri Populer
-
40 OBJEK SAMATHA MEDITASI. oleh Panna Nanda Bhikkhu pada 03 April 2011 jam 21:47 Samatha Bhavana 1. EMPAT PULUH MACAM OBYEK MEDITASI ...
-
Vipassana Bhavana 1. EMPAT MACAM SATIPATTHANA Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan rupa (batin dan materi),...
-
(Berdasarkan buku Paritta Suci terbitan Sangha Theravada Indonesia) 1. PEMBUKAAN Pemimpin puja bakti : ...
-
Manfaat Melatih Kesabaran Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa Manfaat Melatih Kesabaran Khantῑ paramaṁ tapo tῑtikkhā Mela...
-
oleh: Bhikkhu Subalaratano Namo tassa bhagavato Arahato Sammasambuddhassa Namo tassa bhagavato Arahato Sammasambud...
-
oleh: P. Sabar Hingga saat ini masih juga terdapat kesalahpengertian di antara umat Buddha mengenai siapakah yang disebut S...
-
Misteri Panglima Burung Panglima Perang Orang Dayak Hai bro beberapa hari ini kita diramaikan berita tentang kematian orang yang pal...
-
Tipitaka Kanon Pali atau Tipitaka berarti tiga keranjang penyimpanan Kanon (Kitab Suci). Selama beberapa abad sabda-sabda Sang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar